Pangan Murah di Jatim: Upaya Serius, Bukan Sekadar Seremonial

Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, menegaskan bahwa program pangan murah yang dilaksanakan di berbagai daerah di Provinsi Jawa Timur bukanlah sekadar seremonial. Anggota pemerintah berkomitmen keras untuk memastikan ketersediaan, keterjangkauan, dan distribusi pangan berjalan secara merata. Menurut Khofifah, kehadiran program ini tidak hanya bertujuan untuk meringankan beban rumah tangga, tetapi juga merupakan bentuk konkret usaha pemerintah untuk menjaga daya beli masyarakat serta menekan potensi gejolak harga.

“Pangan murah ini adalah bukti nyata kehadiran pemerintah di tengah masyarakat,” demikian Khofifah menegaskan dalam sambutannya di Surabaya pada 24 September 2025. Ia juga menekankan bahwa gerakan pasar murah sejalan dengan posisi Jawa Timur sebagai lumbung pangan nusantara dan penopang ekonomi nasional, khususnya dalam produksi beras.

Data menunjukkan bahwa Jawa Timur memiliki potensi besar dalam produksi beras. Dari Januari hingga September 2025, total produksi gabah di provinsi ini mencapai 8,82 juta ton gabah kering giling, setara dengan 5,1 juta ton beras. Sementara itu, kebutuhan beras di Jawa Timur hanya sekitar 3,43 juta ton, yang menunjukkan surplus lebih dari 1,67 juta ton. Hal ini memberikan ruang bagi pemerintah untuk memastikan distribusi yang efisien dan tepat sasaran.

Namun, meski ada surplus dalam produksi, distribusi beras tetap menjadi tantangan. Data terbaru dari Dashboard SPHP Bulog mencatat bahwa penyaluran beras di Jawa Timur hingga 22 September 2025 hanya mencapai 47.560.905 kilogram, atau sekitar 25% dari target total penyaluran tahun ini yang mencapai 189.740.322 kilogram. Ini menunjukkan bahwa meskipun produksi beras melimpah, upaya distribusi yang cepat dan merata harus ditingkatkan untuk menjaga stabilitas harga dan memenuhi kebutuhan masyarakat.

Khofifah mengimbau semua pihak, termasuk Bulog, Dinas Ketahanan Pangan, dan Dinas Perdagangan, untuk berkolaborasi dalam mempercepat penyaluran beras. Upaya ini bisa dilakukan melalui pedagang pengecer, koperasi, outlet pangan binaan, serta swalayan atau toko modern. “Saya harap kita bisa memaksimalkan aplikasi Klik SPHP untuk membuat distribusi lebih cepat, tepat sasaran, dan transparan,” ungkapnya.

Kegiatan pasar murah yang digelar di berbagai kabupaten dan kota tidak hanya mendapat sambutan antusias masyarakat tetapi juga menjadi ilustrasi nyata dari kehadiran pemerintah dalam menjawab kebutuhan pangan rakyat. Pasar murah ini diharapkan dapat menjaga daya beli masyarakat dan menstabilkan harga pokok, yang merupakan fondasi penting dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada triwulan II 2025 tercatat 3,09%, tertinggi di Pulau Jawa, dengan realisasi investasi tumbuh 7,2% dan kinerja ekspor per Juli 2025 meningkat sebesar 20,96% setara US$0,51 miliar. Namun, pemprov memandang agar capaian ekonomi ini bisa dirasakan oleh masyarakat, stabilitas harga bahan pokok harus tetap terjaga.

Dengan adanya program pangan murah yang berkelanjutan, diharapkan kesejahteraan masyarakat dapat meningkat dan gejolak harga dapat ditekan. Strategi ini menunjukkan bahwa pemerintah tidak hanya peduli pada produksi pangan, namun juga pada distribusi dan aksesibilitasnya bagi semua lapisan masyarakat. Langkah konkret ini menjadi bagian dari upaya pemerintah untuk menjadikan Jawa Timur sebagai provinsi yang mandiri dalam pangan serta sebagai pilar penting dalam ketahanan pangan nasional.

Berita Terkait

Back to top button