Rocky Gerung, seorang pengamat politik dan mantan dosen filsafat Universitas Indonesia, baru-baru ini mengejutkan publik saat terlibat dalam debat di salah satu stasiun televisi. Dalam acara tersebut, Rocky berdebat dengan Relawan Jokowi mengenai kondisi pemerintahan yang dianggapnya tidak sehat. Ia khawatir bahwa Gibran Rakabuming Raka, putra Presiden Jokowi, akan membuka peluang bagi sang ayah untuk kembali menduduki kursi kepresidenan.
Ketidakpuasan Rocky terhadap argumen lawan debatnya memunculkan perbincangan mengenai istilah yang cukup menarik: Cassandra Paradox. Dalam konteks ini, Rocky mengungkapkan bahwa ia merasakan nasib mirip dengan tokoh legendaris dari Yunani, Cassandra, yang dikenal karena kemampuannya meramalkan bencana, tetapi tidak dipercaya oleh masyarakatnya.
Apa Itu Cassandra Paradox?
Cassandra adalah sosok mitologi Yunani yang dikutuk untuk memiliki kemampuan meramalkan masa depan tanpa pernah dipercaya. Dewa Apollo memberinya wawasan luar biasa, tetapi setelah Cassandra menolak cintanya, dia dihukum dan semua prediksinya diabaikan. Hal ini menjadi cerminan bagi banyak orang yang memiliki kecemasan akan situasi genting, tetapi suaranya tidak didengar, baik dalam konteks pribadi maupun publik, termasuk dalam bidang politik.
Dalam debat tersebut, Rocky berusaha menjelaskan lebih jauh mengenai konteks Cassandra Paradox, namun lawan bicaranya terlihat tidak memahami ide tersebut. Ketidakpahaman ini membuat Rocky merasa frustasi, hingga akhirnya memilih untuk walk out dari acara debat. Keputusan untuk meninggalkan sesi tersebut diungkapkannya dengan tegas, "Wassalamualaikum. Saya males. lanjutkan aja," menandakan ketidakpuasannya terhadap kualitas diskusi.
Relevansi dalam Politik
Cassandra Paradox telah menjadi istilah yang tidak hanya relevan dalam psikologi, tetapi juga dalam politik dan lingkungan. Dalam politik, peringatan yang tidak dihiraukan sering kali mengarah pada konsekuensi yang berbahaya. Rocky menyoroti bahwa kekhawatiran yang sebelumnya disampaikannya, termasuk potensi kembalinya Jokowi, mungkin akan diabaikan sampai situasi tersebut menjadi krisis nyata.
Contoh lainnya termasuk situasi di mana aktivis lingkungan memperingatkan mengenai perubahan iklim, tetapi suara mereka sering kali dinilai sebagai alarm palsu. Fenomena ini juga terlihat dalam politik AS, di mana peringatan dari anggota partai tentang tantangan politik sering kali diabaikan, yang kemudian berakibat fatal bagi mereka.
Pandangan Masyarakat
Perdebatan ini juga membuka ruang diskusi mengenai bagaimana masyarakat memandang kritik dan peringatan dari para pengamat serta akademisi. Publik sering kali terjebak dalam pandangan optimis dan mengabaikan suara yang berbau negatif, meskipun suara tersebut berisi kebenaran yang penting. Hal ini menunjukkan pentingnya diskusi yang sehat dan terinformasi dalam proses demokrasi, agar berbagai sudut pandang dapat diakomodasi dengan baik.
Sebagai penutup, insiden yang melibatkan Rocky Gerung dan Relawan Jokowi bukan hanya sekadar perselisihan pendapat, tetapi juga mengungkapkan realitas bahwa kritik dan peringatan dalam ranah publik sering kali tidak mendapatkan tempat yang layak. Dengan membawa istilah Cassandra Paradox ke dalam diskusi, Rocky mengingatkan kita akan pentingnya memperhatikan suara-suara yang mungkin terdengar sepele, tetapi sejatinya dapat memprediksi bahaya yang mengintai di masa depan.
