Tentara Nasional Indonesia (TNI) akan merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 pada 5 Oktober 2025, sebuah momen penting yang tidak hanya sekadar merayakan, tetapi juga sebagai refleksi perjalanan panjang institusi ini sejak awal berdirinya. TNI lahir dari rahim perjuangan rakyat dan telah menjalankan perannya sebagai penjaga kedaulatan dan keutuhan bangsa Indonesia.
Sejarah Awal TNI
Perjalanan sejarah TNI dimulai pada 22 Agustus 1945, ketika dibentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR). Pada masa itu, BKR memiliki tugas untuk menjaga kemerdekaan dan menyatukan berbagai laskar bersenjata yang beroperasi secara lokal. Situasi semakin tidak aman dengan kedatangan pasukan sekutu setelah Jepang menyerah, sehingga pada 5 Oktober 1945, BKR ditingkatkan menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) melalui maklumat pemerintah. Tanggal ini kemudian ditetapkan sebagai hari lahir TNI, meskipun dengan nama yang berbeda.
Transformasi Menuju TNI
Selanjutnya, untuk memenuhi standar militer internasional dan meningkatkan organisasi, pada 23 Januari 1946, TKR diganti namanya menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI). Perubahan ini berfungsi untuk mengonsolidasikan semua kekuatan militer di bawah satu komando. Pada 3 Juni 1947, Presiden Soekarno secara resmi menggabungkan TRI dengan badan perjuangan lainnya menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI). Ini menandai langkah kritis dalam memperkukuh posisi Indonesia dalam menghadapi ancaman eksternal, terutama Agresi Militer Belanda.
Era ABRI dan Reformasi 1998
Pada tahun 1962, TNI digabungkan dengan Kepolisian Negara menjadi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Dalam periode ini, peran ABRI meluas hingga mencakup berbagai aspek pemerintahan di era Orde Baru. Namun, setelah reformasi 1998, dorongan untuk memisahkan TNI dari fungsi pemerintahan semakin kuat. Pada 1 April 1999, TNI dan Polri resmi dipisahkan, mengembalikan fokus TNI pada pertahanan negara dan meneguhkan tugas Polri dalam penegakan hukum.
Kemanunggalan TNI dengan Rakyat
Salah satu aspek yang selalu menjadi ciri khas TNI adalah kemanunggalan dengan rakyat. Dari BKR yang dibentuk oleh masyarakat, prinsip ini terus ada sampai sekarang. Dalam perayaannya yang ke-80, TNI mengusung slogan "TNI Prima, TNI Rakyat, Indonesia Maju", menunjukkan bahwa kekuatan sebenarnya bersumber dari dukungan dan kepercayaan rakyat.
Perjalanan TNI dari BKR hingga menjadi institusi yang profesional dan terintegrasi dengan rakyat menunjukkan komitmen yang kuat dalam menjaga dan mempertahankan kedaulatan bangsa. Setiap perubahan dan transformasi yang dialami bukan hanya untuk kepentingan institusi, tetapi juga untuk memastikan bahwa TNI selalu berada di garis depan dalam melindungi rakyat dan negara.
HUT ke-80 ini adalah pengingat betapa pentingnya peran TNI dalam sejarah Indonesia. Dengan berbagai tantangan yang telah dihadapi, TNI tetap berkomitmen untuk mengabdi dan menjaga keutuhan bangsa, terus beradaptasi sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat. Dalam konteks modern, TNI terus berupaya untuk menjadi institusi yang profesional dan transparan, dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kemanunggalan dengan rakyat.
Source: www.medcom.id
