Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, baru-baru ini mengeluarkan surat edaran yang mengajak aparatur sipil negara (ASN), siswa sekolah, dan masyarakat untuk berpartisipasi dalam program donasi harian senilai Rp1.000. Program ini, yang dinamakan "Gerakan Rereongan Sapoe Sarebu" (poe ibu), ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui aksi gotong royong.
Surat edaran ini berisi rincian mengenai pelaksanaan gerakan yang ditujukan kepada bupati, wali kota, serta kepala OPD dari provinsi hingga kabupaten. Ini merupakan langkah konkret untuk mengajak seluruh elemen masyarakat berkontribusi dalam mendorong skala bantuan sosial yang bersifat darurat dan mendesak, khususnya di bidang pendidikan dan kesehatan.
Dalam surat yang dikeluarkan pada 1 Oktober 2025 tersebut, Dedi Mulyadi mengacu pada peraturan pemerintah nomor 39 tahun 2012 mengenai penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Ia menekankan peran masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan melalui nilai-nilai kesetiakawanan sosial dan kearifan lokal.
Dedi menjelaskan bahwa gerakan ini berdasar pada prinsip "dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat". Ia berharap dengan donasi harian tersebut, akan terwujud visi "Jawa Barat Istimewa". "Kami mengimbau dan mengajak setiap individu untuk menyisihkan Rp1.000 per hari sebagai bentuk kesetiakawanan sosial," ungkapnya.
Bentuk dan Pengelolaan Donasi
Donasi akan dikelola melalui rekening yang dibuat oleh masing-masing instansi atau lingkungan masyarakat. Pengumpulan dan pelaporan dana akan dilakukan oleh pengelola setempat, yang bertanggung jawab atas seluruh proses mulai dari pengumpulan hingga penyaluran dana. Dedi menegaskan bahwa dana hasil gerakan ini akan disalurkan untuk kebutuhan mendesak di bidang pendidikan dan kesehatan bagi masyarakat yang membutuhkan.
Pengelolaan dana ini akan dilakukan secara transparan dan akuntabel, dengan pelaporan disampaikan melalui aplikasi Sapawarga atau portal layanan publik. Masyarakat pun diajak untuk memanfaatkan media sosial dalam melaporkan kegiatan ini dengan menggunakan hashtag tertentu.
Sosialisasi dan Monitoring
Dedi Mulyadi juga menekankan pentingnya sosialisasi pelaksanaan gerakan ini oleh bupati dan wali kota di wilayah masing-masing. Mereka diminta untuk mengawasi pelaksanaan dari pengumpulan hingga penyaluran dana agar berjalan dengan lancar. Selain itu, Kepala Perangkat Daerah juga diharapkan aktif mensosialisasikan program kepada ASN dan siswa sekolah, serta masyarakat umum.
Gerakan Rereongan Poe Ibu diharapkan menjadi wadah kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sekolah dalam memperkuat basis kearifan lokal. Dedi mendorong keterlibatan masyarakat untuk saling bahu-membahu dalam mengatasi masalah yang dihadapi di bidang pendidikan dan kesehatan, yang sering kali mengalami keterbatasan.
Potensi Dampak Positif
Dedi Mulyadi percaya bahwa dengan partisipasi masif dari berbagai lapisan masyarakat, dampak gerakan ini akan sangat positif bagi kesejahteraan sosial di Jawa Barat. Penguatan nilai-nilai gotong royong diharapkan dapat memperkuat ikatan sosial antarwarga, serta membantu mengatasi kebutuhan mendesak yang ada di lapangan.
Seiring dengan pelaksanaan program ini, Gubernur juga akan melakukan evaluasi dan monitoring secara berkala, untuk memastikan transparansi dan akuntabilitas penggunaan dana. Ini adalah langkah penting untuk membangun kepercayaan masyarakat dan mendorong partisipasi yang lebih luas dalam inisiatif sosial ke depan.
Program ini tidak hanya sekadar kegiatan donasi, tetapi juga merupakan refleksi dari komitmen pemerintah daerah dalam merespons tantangan yang dihadapi masyarakat. Sebagai upaya untuk memperkuat kesetiakawanan sosial, diharapkan gerakan ini mampu menciptakan dampak jangka panjang yang nyata bagi rakyat Jawa Barat.
Source: www.viva.co.id
