Tangis dan Harap di RS Bhayangkara, Keluarga Korban Ponpes Al-Khoziny Tunggu Kepastian

Suasana haru dan duka menyelimuti Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jawa Timur, Sabtu (4/10/2025). Tempat ini menjadi pusat harapan sekaligus kesedihan bagi keluarga korban yang terlibat dalam robohnya bangunan Pondok Pesantren Al-Khoziny di Buduran, Sidoarjo. Sejak pagi, kerumunan keluarga dan kerabat terlihat memadati area rumah sakit, menanti kabar dari tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jatim mengenai nasib orang-orang tercinta mereka.

Di tengah kerumunan tersebut, seorang pria bernama Tohari tampak gelisah. Dengan tatapan kosong namun penuh harap, dia menunggu informasi tentang dua adiknya, Zaki dan Alfi, yang baru tiga bulan menimba ilmu di pondok pesantren tersebut. Sejak insiden tragis itu terjadi, keluarga Tohari telah kehilangan komunikasi dengan kedua santri tersebut. “Kami sudah menyerahkan sampel DNA dan berharap proses identifikasi segera selesai. Kami hanya ingin tahu kondisi adik-adik kami,” kata Tohari, suara bergetar dalam perasaan cemas.

Harapan yang sama juga dirasakan oleh keluarga lain yang menunggu dengan tegang. Mereka bergantian memberikan data ante mortem kepada petugas DVI, berharap bahwa informasi yang mereka berikan dapat mempercepat proses identifikasi. Salah satu anggota tim DVI, yang enggan disebutkan namanya, mengungkapkan bahwa identifikasi dilakukan secara ilmiah. Metode ini menggabungkan pencocokan DNA dengan data yang telah dikumpulkan dari pihak keluarga, baik ante mortem maupun post mortem.

“Proses identifikasi kami lakukan secepat mungkin, namun dengan ketelitian dan akurasi tinggi. Ini penting untuk menghindari kesalahan yang bisa merugikan keluarga,” tambahnya. Sebagai tanda bahwa tim DVI bekerja dengan serius, mereka terlihat terus melakukan kegiatan di ruang forensik RS Bhayangkara. Sementara itu, keluarga korban tetap menunggu dengan penuh harapan di ruang tunggu.

Situasi seperti ini tidak hanya menciptakan ketegangan, tetapi juga menggambarkan keakraban dan kekuatan keluarga. Adanya dukungan moral dari sesama keluarga juga terlihat, di mana mereka saling berbagi cerita dan penghiburan. Kondisi ini menunjukkan pentingnya solidaritas di saat-saat yang sulit. Bukan hanya berita duka yang mereka terima, tetapi juga harapan untuk menemukan anggota keluarga yang hilang.

Dari keterangan pihak berwenang, insiden robohnya bangunan pondok pesantren tersebut merupakan tragedi yang menyedihkan. Sementara pihak kepolisian telah melakukan penyelidikan untuk mengungkap penyebab pasti dari insiden tersebut, fokus utama kini adalah bantuan yang diberikan kepada keluarga korban. Proses identifikasi diharapkan dapat memberikan kejelasan bagi keluarga yang menunggu dalam ketidakpastian.

Proses identifikasi yang berlangsung di RS Bhayangkara mencerminkan tanggung jawab yang besar, di mana keakuratan data adalah kunci. Dalam beberapa kasus, proses tersebut dapat memakan waktu, namun keluarga diharapkan tetap sabar. Semua pihak berharap agar para korban dapat diidentifikasi dengan cepat, sehingga keluarga dapat merasakan kelegaan meskipun dalam keadaan berduka.

Hingga saat ini, banyak keluarga yang memilih untuk bertahan di sekitar RS. Mereka menunggu kabar baik yang bisa mengakhiri penantian yang panjang dan menyakitkan ini. Setiap informasi yang diterima, sekecil apapun, tetap menjadi sumber harapan. Keluarga korban terus membangun keberanian untuk menghadapi kenyataan, walaupun rasa cemas terus menggelayuti setiap langkah yang mereka ambil.

Dengan adanya kejadian memilukan ini, ada tantangan tersendiri bagi pihak-pihak terkait untuk lebih meningkatkan keamanan bangunan publik, terutama yang digunakan untuk kegiatan sosial dan pendidikan. Harapan akan adanya tindakan preventif di masa depan cukup besar, sehingga insiden serupa tidak terulang. Di tengah duka yang mendalam, keluarga masih berharap bahwa sesuatu yang positif bisa muncul sebagai hikmah dari peristiwa tragis ini.

Source: news.okezone.com

Berita Terkait

Back to top button