Prabowo Perintahkan Evaluasi Bangunan Ponpes untuk Cegah Tragedi Al-Khoziny

Presiden Prabowo Subianto memerintahkan evaluasi menyeluruh terhadap infrastruktur bangunan di pondok pesantren (ponpes) setelah tragedi memilukan yang terjadi di Ponpes Al-Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur. Peristiwa runtuhnya musala ponpes tersebut terjadi pada Minggu, 28 September 2025, saat santri sedang melakukan salat asar berjamaah. Hingga kini, jumlah korban tewas mencapai 36 orang, dengan 27 santri lainnya masih tertimbun dalam reruntuhan.

Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi menyampaikan bahwa Presiden Prabowo terus memantau perkembangan situasi dan telah memberikan arahan untuk meningkatkan perhatian terhadap infrastruktur ponpes di seluruh Indonesia. “Beliau memonitor terus. Makanya diperintahkan kepada para menteri terkait dan gubernur dan wakil gubernur untuk memberikan perhatian,” ucap Prasetyo dalam konferensi pers setelah upacara HUT ke-80 TNI di Jakarta, Minggu (5/10/2025).

Sebagai langkah antisipasi, Presiden Prabowo meminta evaluasi yang menyeluruh terhadap semua bangunan ponpes di berbagai daerah. Hal ini bertujuan untuk menjamin keselamatan dan keamanan struktur bangunan tersebut. “Evaluasi ke depan ke semua pondok pesantren kita harapkan segera didata dan dipastikan keamanan dari sisi bangunan infrastruktur pondok masing-masing,” tambah Prasetyo.

Proses evakuasi di lokasi tragedi berlangsung intensif, namun sulit karena kompleksitas puing-puing yang masih menutupi area yang diperkirakan sebagai titik kumpul para santri di saat kejadian. Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB Mayjen TNI Budi Irawan menyatakan bahwa evakuasi telah mencapai 60%, dan upaya tersebut terus dilakukan dengan bantuan alat berat. “Kami menggunakan satu unit backhoe dan breaker yang dioperasikan bersama tim Basarnas untuk membuka akses di bawah puing-puing beton,” jelasnya.

Peristiwa ini menjadi pengingat pentingnya keselamatan di sekitar lingkungan pendidikan, khususnya di pondok pesantren yang sering kali diabaikan dalam aspek infrastruktur. Korban jiwa yang terlibat dalam tragedi ini menunjukkan perlunya evaluasi dan perbaikan yang mendesak.

Menurut data yang tersedia, pada hari-hari setelah runtuhnya bangunan, 36 jenazah telah berhasil dievakuasi, dan operasional pencarian terkendala karena sisa-sisa bangunan yang masih mengancam keselamatan tim evakuasi. Sementara itu, berita mengenai 27 santri yang masih belum ditemukan menambah duka mendalam bagi keluarga dan masyarakat sekitar.

“Proses evakuasi dilakukan dengan sangat hati-hati. Kami berharap semua bisa berjalan lancar untuk memastikan semua korban ditemukan,” tambah Direktur Operasi Pencarian dan Pertolongan Basarnas, Laksamana Pertama TNI Yudhi Bramantyo.

Tragedi ini mempertegas pentingnya perhatian pemerintah terhadap infrastruktur pendidikan agama, yang sering kali tidak cukup diperhatikan. Inisiatif evaluasi yang dipimpin oleh Presiden Prabowo diharapkan menjadi langkah positif menuju upaya pencegahan tragedi serupa.

Seiring dengan langkah-langkah tersebut, masyarakat berharap agar ke depannya semua pondok pesantren dapat memenuhi standar keselamatan yang baik dan layak. Hal ini penting agar insiden serupa tidak terulang dan santri dapat belajar dalam lingkungan yang aman dan nyaman.

Bersamaan dengan itu, sejumlah pihak mulai memperhatikan aspek pendanaan dan pemeliharaan bangunan di ponpes sebagai bagian dari sistem pendidikan Islam. Ini menjadi tantangan besar bagi pemerintah dan lembaga-lembaga terkait untuk tetap berkomitmen dalam meningkatkan keselamatan dan kualitas pendidikan di lingkungan ponpes di Indonesia.

Source: www.beritasatu.com

Exit mobile version