Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar mengumumkan rencana untuk melakukan pendataan seluruh pondok pesantren (ponpes) di Indonesia, yang diakibatkan oleh insiden ambruknya bangunan di Ponpes Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur. Dalam pernyataannya pada Selasa, 7 Oktober 2025, Nasaruddin menegaskan bahwa langkah awal tersebut penting untuk memastikan keselamatan dan kelayakan bangunan ponpes di seluruh Indonesia.
Ambruknya gedung di Ponpes Al Khoziny terjadi pada 29 September 2025, yang mengakibatkan dampak tragis dengan 61 korban jiwa telah ditemukan di lokasi reruntuhan. Abdul Muhari, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, mengonfirmasi bahwa seluruh operasi pencarian dan pertolongan telah dinyatakan selesai. Semua puing-puing bangunan telah dibersihkan, dan tidak ada korban jiwa lain yang ditemukan.
Nasaruddin menjelaskan bahwa setelah pendataan selesai, pihaknya akan memanggil pimpinan-pimpinan ponpes untuk membahas standar bangunan yang layak. “Iya secara komprehensif. Kita sudah hubungi pemerintah setempat untuk membantu kita, kan mereka juga mengeluarkan izin segala macam,” katanya. Menurutnya, penting bagi setiap ponpes untuk memenuhi standar keamanan agar insiden serupa tidak terulang di masa mendatang.
Menag juga menegaskan untuk turun langsung melakukan pengecekan ke berbagai ponpes di Indonesia, dimulai dari wilayah Kalimantan. Langkah ini menunjukkan komitmennya dalam meningkatkan perhatian terhadap keselamatan bangunan ponpes. “Saya sendiri yang turun tangan insyaallah,” ujarnya lebih lanjut.
Sementara itu, cabang Perawatan Kesehatan yang menangani korban-korban insiden ini mencatat bahwa dari total 165 jiwa yang terlibat, 104 di antaranya dinyatakan selamat, termasuk empat yang masih dalam perawatan medis dan satu tidak memerlukan perawatan lebih lanjut. Data ini menunjukkan bahwa meskipun insiden ini berakibat fatal, pelayanan medis berjalan dengan baik.
Melihat situasi ini, banyak pihak mengharapkan adanya evaluasi komprehensif mengenai infrastruktur dan keselamatan ponpes di seluruh Indonesia. Hal ini termasuk pengawasan terhadap proses pembangunan, yang menurut Menko Cak Imin seringkali menggunakan metode ‘tambal sulam’. Keberadaan struktur bangunan yang tidak sesuai standar bukan hanya merugikan ponpes itu sendiri, tetapi juga dapat berpotensi mengancam keselamatan para santri yang menuntut ilmu di dalamnya.
Dalam perkembangan terkait Musala Ponpes Al Khoziny, saat ini pemulihan area tersebut sudah mulai berjalan meski mengenakan dampak trauma bagi para santri dan pengurus ponpes. Cornell, salah satu santri yang selamat, menyebut bahwa insiden itu mengguncang psikologis banyak murid. “Kami semua merasa takut, tapi kami harus tetap semangat untuk belajar,” ujarnya.
Di tengah kesedihan dan dampak kerugian yang dialami, aktivitas pelajaran di ponpes lain tetap berjalan. Para pengasuh mengajak santri untuk tetap fokus pada pendidikan dan berdoa bagi yang telah tiada. Dalam rangka memberikan dukungan, berbagai organisasi kemanusiaan dan masyarakat sekitar juga menghimpun bantuan untuk membantu kebutuhan sehari-hari para santri.
Kepedulian sosial menjadi kunci dalam melanjutkan pembelajaran dan memulihkan semangat santri, di mana mereka diharapkan semakin tangguh dalam menghadapi tantangan hidup. Pengurus ponpes juga diharapkan dapat membangun kembali fasilitas yang layak demi kenyamanan dan keselamatan para santri.
Dengan langkah yang diambil oleh Kementerian Agama dan respons positif dari berbagai elemen masyarakat, diharapkan kejadian tragis ini menjadi pelajaran berharga bagi pentingnya keselamatan dan keandalan infrastruktur bangunan, terutama di institusi pendidikan seperti pondok pesantren.
Source: www.viva.co.id
