Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dilaksanakan oleh pemerintah berimplikasi besar terhadap harga daging ayam di Bangka, Provinsi Bangka Belitung. Saat ini, harga daging ayam di pasar mencapai Rp42.000 per kilogram, mengalami kenaikan yang signifikan dari sebelumnya yang hanya Rp35.000 per kilogram. Marlina, salah satu pedagang di Pasar Kite Sungailiat, menyatakan bahwa kenaikan ini berkisar antara Rp1.000 hingga Rp2.000 setiap harinya.
Kenaikan harga ini berimbas pada penurunan omset penjualan para pedagang. Marlina mengungkapkan, biasanya ia mampu menjual hingga 200 kilogram daging ayam per hari, tetapi kini penjualannya anjlok. "Mahal ini, tidak sampai segitu lagi," tuturnya. Hal ini menunjukkan bagaimana fluktuasi harga dapat mempengaruhi daya beli masyarakat sekaligus pendapatan pedagang.
Mengapa Harga Daging Ayam Melonjak?
Beberapa faktor memengaruhi lonjakan harga daging ayam di kawasan ini. Pertama, daging ayam yang dijual di pasar Kite Sungailiat berasal dari luar daerah, khususnya Palembang, Sumatera Selatan. Marlina menjelaskan bahwa ayam lokal berukuran lebih kecil, sehingga pedagang lebih memilih mendatangkan ayam dari luar untuk memenuhi permintaan pasar. Pasokan yang terbatas, ditambah dengan meningkatnya permintaan akibat Program MBG, menjadi pemicu utama harga yang melambung.
Program Makan Bergizi Gratis dirancang untuk menyediakan akses makanan bergizi bagi masyarakat yang membutuhkan. Namun, dampak dari program ini tidak selalu positif. Kenaikan permintaan daging ayam sebagai salah satu komponen makanan bergizi membuat harga terus melambung, sehingga berpotensi merugikan konsumen terutama yang berpenghasilan rendah.
Dampak Langsung Terhadap Pedagang dan Konsumen
Kenaikan harga daging ayam tidak hanya dirasakan oleh konsumen, tetapi juga oleh para pedagang. Tak hanya omset yang berkurang, tetapi juga perubahan pola konsumsi masyarakat. Pedagang terpaksa menyesuaikan harga jual untuk menutupi biaya pengadaan ayam dari luar daerah. "Kami ingin harga stabil agar pembeli tetap datang," ungkap Marlina.
Di sisi lain, konsumen yang dihadapkan pada harga daging ayam yang tinggi harus merelakan porsi makanan bergizi dari anggaran mereka. Dalam jangka panjang, kondisi ini dapat meninggalkan dampak sosial yang serius, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Mereka mungkin terpaksa mencari alternatif sumber protein yang lebih murah, meskipun kualitas gizi yang diperoleh tidak setara dengan daging ayam.
Alternatif dan Solusi
Salah satu solusi yang mungkin dapat dihadirkan adalah peningkatan produksi ayam lokal. Dengan mengembangkan peternakan ayam dalam negeri, diharapkan pasokan dapat meningkat dan harga dapat distabilkan. Program pelatihan dan bantuan bagi peternak lokal bisa menjadi langkah awal untuk mencapai tujuan tersebut. Pemerintah juga bisa mempertimbangkan kebijakan subsidi atau bantuan langsung untuk membantu masyarakat berpenghasilan rendah agar tetap mendapatkan akses terhadap daging ayam yang bergizi.
Kesimpulan Sementara
Sementara itu, tantangan terbesar bagi pemerintah dan masyarakat adalah menemukan keseimbangan antara kebutuhan gizi masyarakat dan stabilitas harga di pasar. Meskipun Program Makan Bergizi Gratis memiliki tujuan mulia, dampak yang ditimbulkan harus diantisipasi dengan langkah-langkah konkret. Masyarakat berharap agar pemerintah dapat segera menemukan solusi agar harga daging ayam kembali terjangkau tanpa mengorbankan program yang direncanakan. Kenaikan harga ini tidak hanya sekadar statistik, tetapi tercermin dalam kehidupan sehari-hari masyarakat yang berusaha memenuhi kebutuhan gizi mereka.
Source: mediaindonesia.com
