Tragedi Ponpes Al Khoziny: Cak Imin Sebut 67 Santri Meninggal, 5 Cacat Seumur Hidup

Tragedi yang menimpa Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, menorehkan duka mendalam bagi masyarakat, khususnya bagi orangtua santri. Cak Imin, Menteri Koordinator Pemberdayaan Masyarakat, mengungkapkan bahwa musibah yang terjadi ini merenggut nyawa 67 santri dan menyebabkan lima orang lainnya mengalami cacat seumur hidup. Penyebab ambruknya bangunan musala di Ponpes tersebut menjadikan peristiwa ini salah satu bencana paling tragis dalam sejarah pendidikan keagamaan di Indonesia.

“Jumlah korban yang begitu besar menjadikan peristiwa ini sebagai tragedi besar, melebihi bencana alam yang pernah ada dalam sektor pendidikan keagamaan,” ungkap Cak Imin pada Selasa (14/10/2025). Pernyataan tersebut disampaikan setelah menerima laporan resmi dari pemerintah daerah dan tim penanganan darurat yang langsung turun ke lokasi kejadian.

Sebagian besar korban berasal dari daerah Madura, yang saat itu tengah menempuh pendidikan di Ponpes Al Khoziny. Dalam laporan resmi, Cak Imin juga menyebutkan bahwa salah satu korban merupakan saudara dari Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Arifah Fauzi. Ini menunjukkan dampak dari tragedi tersebut tidak hanya dialami oleh keluarga santri, tetapi juga menyentuh pejabat pemerintahan.

Proses identifikasi korban masih berlangsung, dan pihak berwenang terus berkoordinasi dengan keluarga yang terdampak. Pemerintah saat ini sepenuhnya fokus pada penanganan korban serta memberikan dukungan psikologis kepada keluarga para santri yang mengalami musibah ini. Cak Imin bertekad untuk memastikan bahwa para keluarga mendapatkan bantuan yang layak.

Menanggapi tragedi ini, Presiden Prabowo Subianto mengeluarkan instruksi tegas untuk mempercepat penanganan pasca-tragedi. “Presiden menekankan pentingnya evaluasi terhadap keamanan bangunan pesantren di seluruh Indonesia,” kata Cak Imin. Hal ini menunjukkan adanya keterpaduan antara pihak pemerintah dan masyarakat dalam menangani musibah yang menyedihkan ini.

Bukan hanya penanganan korban, instruksi Presiden juga mencakup pemeriksaan menyeluruh terhadap struktur bangunan pesantren yang ada. Cak Imin menekankan bahwa perlu adanya peningkatan standar keselamatan di seluruh fasilitas pendidikan berbasis asrama. “Tentu, ini menjadi komitmen kita semua untuk mencegah terulangnya peristiwa memilukan ini di masa depan,” tambahnya.

Sementara itu, Cak Imin juga melarang kegiatan kerja berat atau nguli bagi santri di pesantren pasca-tragedi. Kebijakan ini diambil untuk melindungi para santri agar tidak terlibat dalam aktivitas yang bisa membahayakan keselamatan mereka. Langkah ini mencerminkan perhatian pemerintah terhadap kondisi psikologis dan fisik para santri setelah peristiwa traumatis.

Beberapa pihak masyarakat juga memberikan perhatian lebih terhadap kondisi bangunan pesantren di seluruh Indonesia. Mereka berharap agar pemerintah melakukan pemeriksaan dan audit terhadap semua institusi pendidikan, terutama yang berbasis asrama. “Keamanan anak-anak adalah yang utama,” ungkap seorang pengamat pendidikan.

Dengan langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah, diharapkan tragedi semacam ini tidak terulang lagi. Peristiwa di Ponpes Al Khoziny menjadi pengingat penting tentang bagaimana keselamatan dan kesejahteraan anak-anak harus didorong dalam segala aspek, termasuk dalam lingkungan pendidikan keagamaan.

Sebagai negara dengan banyak institusi pendidikan pesantren, perhatian terhadap aspek keselamatan harus menjadi prioritas. Penanganan cepat dan langkah-langkah preventif yang diambil dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi generasi muda, serta menjaga kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pendidikan agama.

Source: www.inews.id

Exit mobile version