Hujan yang mengguyur beberapa daerah di Pantura barat Jawa Tengah sejak Senin, 21 Oktober, membangkitkan kekhawatiran akan terjadinya bencana hidrometeorologi dan pergerakan tanah. Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), potensi cuaca ekstrem akan mencakup hujan lebat, angin kencang, dan sambaran petir yang tersebar merata di berbagai kawasan di Jawa Tengah.
BMKG telah mengeluarkan peringatan dini terkait potensi bencana seperti tanah longsor dan banjir, terutama di daerah-daerah yang diperkirakan akan mengalami cuaca ekstrem. Prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang, Arif N, menyampaikan bahwa cuaca ekstrem ini diperkirakan akan berlangsung di sejumlah daerah, termasuk Cilacap, Banyumas, dan Purbalingga, serta daerah-daerah lainnya di seluruh provinsi. “Waspada bencana hidrometeorologi, cuaca ekstrem merata di sebagian besar daerah di Jawa Tengah,” terang Arif.
Seiring dengan intensitas curah hujan yang meningkat, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Tengah juga mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi gerakan tanah. Dinarjati Nugroho Saputro, Penata Penanggulangan Bencana Ahli Muda dari BPBD, mencatat bahwa peta kompilasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menunjukkan peningkatan risiko gerakan tanah di wilayah selatan Jawa Tengah.
Sebagai gambaran, kategori curah hujan 301 hingga 400 mm dianggap menengah dan berpotensi menyebabkan gerakan tanah di Kabupaten Wonosobo, Batang, dan Banjarnegara. Sementara itu, curah hujan tinggi (401-500 mm) diprediksikan terjadi di Kabupaten Cilacap, Banyumas, dan Kebumen. Pada level yang lebih ekstrem, curah hujan di atas 500 mm akan berpotensi terjadi di Banyumas, Cilacap, dan Purbalingga, yang meningkatkan risiko bencana.
BPBD juga memberikan imbauan agar masyarakat di daerah yang rawan bencana tetap waspada dan meningkatkan kesiapsiagaan. Terutama bagi mereka yang tinggal di kawasan perbukitan, tebing, dan sekitar aliran sungai. Masyarakat diingatkan untuk memperhatikan perubahan cuaca serta potensi bahaya seperti tanah longsor dan banjir bandang yang bisa terjadi secara tiba-tiba.
Dalam rangka memitigasi risiko bencana ini, masyarakat diharapkan aktif dalam mengikuti perkembangan cuaca yang dikeluarkan oleh BMKG. Selain itu, sosialisasi mengenai tata cara evakuasi dan perlindungan diri juga sangat penting dilakukan. Warga juga disarankan untuk tidak membuang sampah sembarangan, terutama di kawasan aliran sungai dan saluran drainase, agar tidak mengganggu aliran air saat hujan deras.
Masyarakat yang berada di daerah-daerah tersebut diimbau untuk memiliki rencana evakuasi dan persediaan darurat, terutama menjelang akhir Oktober yang biasanya merupakan puncak musim hujan. Dalam situasi cuaca ekstrem, mobilitas masyarakat harus tetap dibatasi untuk menghindari risiko yang dapat mengancam keselamatan.
Selain bencana hidrometeorologi, perhatian juga perlu diberikan kepada dampak sosial yang mungkin muncul akibat bencana tersebut. Kerja sama antarlembaga, baik pemerintah maupun komunitas, diperlukan untuk memperkuat kemampuan masyarakat dalam menghadapi tantangan ini. Pengetatan pengawasan dan evaluasi terhadap kondisi lingkungan juga harus ditingkatkan untuk mencegah terjadinya bencana yang lebih besar di masa mendatang.
Oleh karena itu, dengan curah hujan yang semakin meningkat dan risiko bencana yang mengintai, seluruh masyarakat di Jawa Tengah harus bersiap-siap dan saling berkoordinasi untuk menghadapi potensi ancaman bencana hidrometeorologi dan pergerakan tanah yang dapat terjadi kapan saja.
Source: mediaindonesia.com





