Sri Susuhunan Raja Pakubuwono XIII (PB XIII) telah meninggalkan kita pada usia 77 tahun pada hari Minggu, 2 Januari 2025. Kabar duka ini disampaikan oleh kuasa hukumnya, Ferry Firman Nurwahyu, yang membeberkan bahwa beliau wafat di Rumah Sakit Indriati pada pukul 07.00 WIB. Sebelum meninggal, Pakubuwono XIII mengalami sejumlah komplikasi kesehatan, termasuk diabetes, yang perlu ditangani dengan cuci darah dan penyakit jantung.
Profil dan Latar Belakang
Pakubuwono XIII lahir pada 28 Juni 1948 dengan nama asli GRM Suryadi. Dia adalah putra tertua dari garwa ampil Susuhunan Pakubuwana XII, yaitu KRAy Pradapaningrum. Nama beliau kemudian diubah menjadi GRM Suryo Partono oleh neneknya, GKR Pakubuwana, karena adanya masalah kesehatan pada masa kecilnya. Sejak kecil, PB XIII menunjukkan bakat kepemimpinan yang potensial dan diberi gelar Hangabehi sebagai tanda statusnya sebagai calon penerus tahta Keraton Solo.
Seiring perjalanan hidupnya, PB XIII mengalami kehidupan pribadi yang tidak selalu mulus. Ia menikah tiga kali, dengan masing-masing pernikahan memberikan keturunan yang membawa bekas tersendiri bagi warisan keraton. Dari pernikahan pertama dengan KRAy Endang Kusumaningdyah, PB XIII dikaruniai tiga putri. Sementara dari pernikahan kedua, KRAy Winari, beliau memperoleh satu putra dan dua putri. Terakhir, dengan KRAy Adipati Pradapaningsih, beliau memiliki satu putra.
Kepemimpinan dan Warisan Budaya
Setelah wafatnya Susuhunan Pakubuwana XII pada 11 Juni 2004, sempat terjadi ketegangan di antara anggota keluarga, yang mengarah pada konflik mengenai siapa yang berhak mewarisi tahta. Namun, melalui proses rekonsiliasi yang berlangsung selama sekitar delapan tahun, akhirnya pada tahun 2012, beliau diakui sebagai Sri Susuhunan Pakubuwono XIII yang sah.
Sepanjang masa jabatannya, Pakubuwono XIII dikenal sebagai sosok yang berkomitmen terhadap pelestarian adat dan budaya Jawa, meskipun di tengah arus modernitas yang melanda. Dia berperan aktif dalam menyelenggarakan berbagai kegiatan budaya besar, bertujuan untuk menjaga warisan dan nilai-nilai luhur yang telah ada sejak lama dalam kebudayaan Jawa.
Kondisi Kesehatan dan Akhir Hayat
Kesehatan Pakubuwono XIII semakin memburuk dalam beberapa tahun terakhir, terhitung dari pengidap diabetes yang dideritanya. Meskipun menjalani perawatan intensif, kondisi jantung dan lainnya memaksa keluarga dan kerabat untuk bersiap menghadapi kenyataan pahit ini. Kharisma dan kontribusinya dalam dunia keraton akan selalu dikenang oleh masyarakat Solo dan sekitarnya.
Duka Keraton Kasunanan Surakarta
Mangkatnya Pakubuwono XIII tidak hanya menciptakan duka bagi keluarganya, tetapi juga meninggalkan dampak mendalam bagi seluruh Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Warga keraton dan masyarakat umum berkumpul untuk memberikan penghormatan terakhir kepada sang raja, yang diharapkan dapat melanjutkan warisan budaya yang telah dibangunnya.
Kini, perhatian tertuju kepada generasi penerusnya untuk meneruskan tugas dan tanggung jawab sebagai pemimpin serta pelestari budaya Keraton Solo. Penghormatan kepada Pakubuwono XIII sebagai raja akan terus dikenang dalam sejarah, dan semoga nilai-nilai yang ditanamkannya dapat menginspirasi masyarakat di masa depan.
Source: www.inews.id





