Pencarian mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang yang hanyut saat bermain tubing di Sungai Jolinggo, Desa Getas, Kecamatan Singorojo, Kabupaten Kendal, semakin meluas. Sejak kejadian yang terjadi pada Selasa (4/11) siang, tim SAR gabungan telah diperintahkan untuk memperluas radius pencarian ke tiga titik penting. Titik-titik tersebut adalah lokasi kejadian, jembatan Singorojo, dan Bendung Juwero di Desa Pekuncen.
Di lokasi pencarian, suasana berduka sangat terasa. Kamar jenazah RSUD Suwondo Kendal dipenuhi oleh mahasiswa, keluarga, dan pejabat setempat. Mereka semua menunjukkan dukacita mendalam atas peristiwa tragis ini. Ali Sutaryo, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kendal, menyatakan bahwa pencarian dilanjutkan sejak pukul 07.00 WIB dengan melibatkan ratusan relawan dan tim SAR.
Pencarian sempat terhenti akibat cuaca buruk dan kondisi gelap. Namun, relawan tetap berada di sepanjang sungai untuk melakukan pemantauan. Tim gabungan harus bekerja ekstra karena arus sungai masih sangat deras akibat hujan di wilayah hulu. Medan yang curam dan penuh pepohonan juga menjadi tantangan tersendiri. Sehingga, pencarian dilakukan dengan menyisir tepian sungai dan menggunakan perahu karet.
Dalam kunjungannya ke lokasi, Bupati Kendal, Dyah Kartika Permanasari, mengungkapkan bahwa korban yang ditemukan dievakuasi ke rumah sakit. Di tubuh beberapa korban ditemukan tanda-tanda luka, diduga akibat benturan dengan bebatuan di sungai. “Kami ikut berduka,” ujar Dyah saat memberikan pernyataan.
Sebanyak 15 mahasiswa KKN UIN Walisongo berada di lokasi saat kejadian. Tanpa sepengetahuan pengelola, mereka berenang dan mandi di sungai. Ketika hujan deras melanda, volume air melonjak cepat. Dari 15 mahasiswa tersebut, sembilan berhasil menyelamatkan diri, sementara enam lainnya terseret arus dan hanyut.
Nayla Ilma, salah satu mahasiswa yang selamat, menceritakan detik-detik kejadian. Ia berusaha berenang menepi saat mendengar teman-temannya meminta tolong. Dengan penuh emosi, ia mengisahkan perjuangannya saat arus deras menyapu kawannya. Setelah berhasil menepi, ia dipapah oleh dua rekannya dan segera meminta bantuan warga sekitar.
Pihak SAR terus berusaha menjaga koordinasi dan efisiensi dalam pencarian. Meskipun kondisi sangat menantang, semangat untuk menemukan dua mahasiswa yang belum ditemukan tidak surut. Tim terus melakukan evakuasi dan pencarian secara terorganisir.
Pencarian ini bukan hanya melibatkan petugas SAR, tetapi juga masyarakat setempat yang merasa tergerak untuk membantu. Kolaborasi antara tim SAR dan relawan menunjukkan betapa pentingnya solidaritas dalam menyikapi situasi darurat. Kehadiran banyak orang di kampus dan rumah sakit memberikan dukungan moral bagi keluarga korban.
Ketika peristiwa ini tengah berlangsung, masyarakat diharapkan lebih berhati-hati saat melakukan kegiatan di alam terbuka. Kejadian ini juga menjadi pengingat bahwa keselamatan adalah segalanya. Benturan dengan alam bisa terjadi kapan saja dan kepada siapa saja.
Pencarian sedang berlangsung dengan harapan dua korban yang belum ditemukan segera kembali ke pelukan keluarga. Tim SAR terus berupaya keras, meskipun berbagai rintangan sedang dihadapi. Harapan dan doa dari seluruh masyarakat akan menjadi kekuatan untuk para pencari. Mereka berjuang untuk menemukan dan mengembalikan mahasiswa yang hilang pada keluarga yang menunggu.
Baca selengkapnya di: mediaindonesia.com




