Pemda Didesak Perbanyak Ruang Terbuka di Tengah Wacana Pembatasan Gim Anak

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) mengusulkan agar pembatasan gim online untuk anak dilakukan dengan serius. Ini penting agar anak memiliki lebih banyak waktu untuk kegiatan fisik dan interaksi sosial.

Ciput Eka Purwianti, Asisten Deputi Perlindungan Khusus Anak dari Kekerasan, menegaskan bahwa anak-anak perlu seimbang dalam menggunakan waktu layarnya. Pembatasan tanpa alternatif aktivitas yang baik tidak akan efektif. Kementerian mendorong pemerintah daerah untuk meningkatkan jumlah ruang terbuka yang ramah anak.

Ruang terbuka ini harus dirancang untuk mendukung kegiatan fisik dan sosial. Kegiatan tersebut bisa mencakup olahraga, permainan, dan beragam kegiatan kreatif yang sesuai dengan usia anak. Dengan cara ini, anak tidak hanya terpaku pada layar gadget.

Berikut adalah beberapa upaya untuk memperbanyak ruang terbuka bagi anak:

  1. Membangun Taman Bermain
    Taman bermain yang aman dan menarik dapat menjadi tempat anak-anak beraktivitas.

  2. Menyediakan Ruang Olahraga
    Perlu adanya lapangan futsal atau lapangan basket yang mudah diakses oleh masyarakat.

  3. Mengadakan Kegiatan Berbasis Komunitas
    Komunitas dapat berperan aktif menghadirkan aktivitas olahraga dan seni untuk anak-anak.

  4. Melibatkan Relawan
    Pelibatan relawan dapat membantu mengorganisir kegiatan yang menyenangkan dan mendidik.

Ciput menjelaskan bahwa peningkatan ruang publik tidak hanya penting untuk kesehatan fisik, tetapi juga kesehatan mental anak. Interaksi sosial yang positif dan bermain di luar ruangan sangat penting untuk perkembangan mereka.

Selain itu, kegiatan berbasis komunitas juga memberikan dampak positif. Melalui aktivitas olahraga misalnya, anak-anak dapat belajar kerja sama dan disiplin. Kegiatan ini membantu mereka untuk berlatih secara teratur sambil bersenang-senang.

Kementerian juga menyatakan bahwa pembatasan digital harus dipertimbangkan dalam konteks yang lebih luas. Jika digitalisasi tidak disertai dengan alternatif aktivitas, maka anak-anak akan terus terjebak dalam penggunaan gadget.

Ciput menegaskan bahwa solusi ini mencakup pendekatan non-teknologi. Ini tidak hanya mengurangi ketergantungan terhadap layar, tetapi juga membantu anak belajar untuk beradaptasi dengan lingkungan sosial.

Secara keseluruhan, pembatasan gim online menjadi langkah krusial. Namun, tanpa adanya kegiatan alternatif serta dukungan dari pemerintah daerah, efeknya akan terbatas. Oleh karena itu, kolaborasi antara berbagai pihak diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan anak.

Kesiapan pemerintah daerah untuk menerima dan menerapkan usulan ini menjadi ikon kota atau kabupaten layak anak. Ruang terbuka yang berlimpah bisa menjadi solusi untuk mengalihkan perhatian anak dari layar gadget.

Dengan langkah-langkah konkret ini, diharapkan anak-anak bisa lebih aktif, sehat, dan bahagia. Pemerintah harus proaktif dalam memperhatikan kebutuhan dasar anak-anak untuk berekreasi dan bersosialisasi.

Melalui peningkatan ruang terbuka dan kegiatan yang mendukung, diharapkan generasi mendatang dapat tumbuh menjadi individu yang holistik dan berkarakter. Inisiatif ini harus segera dijalankan demi masa depan anak-anak Indonesia.

Baca selengkapnya di: www.beritasatu.com

Berita Terkait

Back to top button