Gubernur Mualem: Kritik Terhadap Bupati Cengeng dalam Penanganan Banjir, Mundur Aja!

Gubernur Aceh, Muzakir Manaf atau Mualem, mengeluarkan pernyataan tegas terkait masalah banjir yang melanda berbagai daerah di Aceh. Ia menyatakan bahwa bupati atau kepala daerah yang tidak mampu menangani situasi bencana sebaiknya mundur dari jabatannya. Dalam pernyataannya, Mualem menegaskan, “Kalau ada bupati yang cengeng dan menyerah menghadapi musibah ini, silakan mengundurkan diri atau turun dari jabatan. Kita ganti dengan yang lain yang siap bekerja untuk rakyat.”

Pernyataan ini muncul sebagai respons terhadap beberapa kepala daerah yang mengakui ketidakmampuan dalam menangani masalah banjir di wilayah mereka. Mualem menilai bahwa banjir yang terjadi saat ini bukanlah bencana biasa. Ia bahkan menyebutnya sebagai “tsunami jilid kedua” mengingat dampak luas dan parah yang ditimbulkan dibandingkan dengan tsunami 2004.

Banjir yang melanda Aceh ini telah berlangsung selama lebih dari lima hari. Berbeda dengan tsunami yang hanya berlangsung selama dua jam, bencana kali ini menyebabkan penderitaan yang berkepanjangan bagi masyarakat. Menurut data, lima wilayah di Aceh mengalami banjir dengan kategori berat. Wilayah tersebut adalah Kabupaten Aceh Timur, Aceh Tamiang, Aceh Utara, Bireuen, dan Aceh Tengah.

Akibat banjir ini, ribuan rumah terendam. Akses transportasi terputus, aktivitas ekonomi lumpuh, dan ribuan warga terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih aman. Terdapat laporan mengenai korban jiwa, serta banyak warga yang menderita penyakit akibat dampak banjir, seperti infeksi saluran pernapasan dan diare. Fasilitas umum juga mengalami kerusakan parah, termasuk rumah sakit dan sekolah.

Mualem turut menegaskan pentingnya sikap proaktif dalam penanganan bencana. Ia memerintahkan seluruh jajaran pemerintahan di tingkat bawah agar turun langsung ke lapangan. “Tidak boleh ada camat atau keuchik yang hanya menunggu instruksi. Semua harus bergerak, memastikan rakyat tertolong dan bantuan sampai,” ujarnya dengan tegas.

Dalam situasi darurat ini, perilaku main aman dari para kepala daerah sangat tidak dibenarkan. Mualem menekankan, saat bencana, yang dibutuhkan adalah keberanian, kecepatan, dan kepedulian. “Kepala daerah itu dipilih rakyat untuk bekerja dalam kondisi tersulit sekalipun, bukan untuk mengeluh,” lanjutnya.

Selain itu, guna mendukung kesehatan warga yang terdampak, Mualem telah mendatangkan dokter dari Malaysia. Ini dilakukan untuk merawat pasien dalam kondisi berat serta penyakit yang muncul pascabencana. Keterbatasan tenaga medis dan kerusakan fasilitas kesehatan di lokasi bencana menjadi alasan mengapa langkah ini diambil.

Upaya rehabilitasi juga diharapkan dapat mempercepat pemulihan kondisi masyarakat akibat banjir. Mualem menyerukan agar semua sumber daya, termasuk tenaga medis dari luar negeri, dikerahkan untuk membantu masyarakat yang terdampak. “Kita tidak boleh membiarkan rakyat kita berjuang sendiri,” tutupnya.

Dengan situasi yang semakin mendesak, harapan masyarakat Aceh kini terletak pada kepemimpinan yang tanggap dan proaktif. Semua mata kini tertuju pada solusi efektif yang diambil oleh pemerintah daerah untuk memulihkan keadaan. Penanganan bencana yang tepat waktu dan efektif akan menjadi kunci untuk mengurangi penderitaan warga yang terdampak banjir.

Berita Terkait

Back to top button