Jaron Ennis, petinju berusia 28 tahun yang dikenal sebagai "Boots", sedang menghadapi kritik tajam karena jarang bertarung, dengan tuduhan bahwa dia menghindari penantang utama. Kritik ini muncul setelah pelatih Brian Norman Sr. dan petinju junior, Brian Norman Jr., menyoroti kurangnya ambisi Ennis dalam karier tinju profesionalnya. Norman Jr., yang 4 tahun lebih muda dari Ennis, merasa bahwa Ennis seharusnya lebih aktif dan berani menghadapi lawan-lawan terkenal dalam olahraga tersebut.
Pelatih Norman Sr. menjelaskan bahwa meskipun Ennis mengklaim ingin melawan petinju-petinju besar, ia justru menghindari pertarungan melawan nama-nama besar seperti Teofimo Lopez dan Vergil Ortiz Jr. “Dia berusia 28 tahun. Kami telah mendaftar untuk pertarungan ketiga kami tahun ini, dan dia hanya bertarung satu kali," ujar Norman Sr. Pernyataannya menunjukkan kekecewaan atas keputusan Ennis yang dinilai tidak sesuai dengan ambisi awalnya.
Kurangnya Ambisi dan Pertarungan yang Terlewat
Beberapa pengamat tinju juga mencatat bahwa Ennis menolak tawaran untuk bertarung yang seharusnya memberi dampak signifikan dalam kariernya. Menurut Norman Sr., penolakan Ennis untuk berjuang di kelas berat 66,6 kg menjadi tanda bahwa dia tidak berkomitmen dalam mencapai panggung yang lebih besar. Salah satu faktor yang mungkin mempengaruhi keputusan ini adalah kenyamanan finansial Ennis, yang telah mencapai status jutawan.
“Ennis tidak banyak bicara, tetapi ketika dia berbicara, itu tidak konsisten,” kata Norman Sr. ungkapannya mengindikasikan bahwa Ennis mungkin lebih fokus pada keuntungan finansial daripada tantangan olahraga. Ini menjadi pertanyaan besar bagi banyak penggemar dan analis: Apakah Ennis benar-benar berusaha mengejar gelar juara, ataukah dia lebih nyaman menjaga jarak dari risiko?
Tanggapan terhadap Kritikan
Ennis sendiri belum memberikan pernyataan resmi mengenai tuduhan tersebut. Namun, banyak penggemar mengharapkan bahwa dia akan segera kembali ke ring dan melawan petinju-petinju terkenal. Mengingat potensi yang dimilikinya, banyak yang percaya bahwa Ennis masih memiliki waktu untuk membuktikan diri di tingkat tertinggi.
Meningkatnya spekulasi bahwa Ennis mungkin mencari pertarungan pemanasan menunjukkan ketidakpastian di kalangan pendukung dan pihak-pihak yang ingin melihat aksi nyata dari salah satu petinju yang paling menjanjikan di kelas welter. “Apa yang Anda tunggu? Mereka harus menemukan cara untuk memutarbalikkannya,” tambah Norman Sr., menegaskan urgensi bagi Ennis untuk membuat langkah strategis ke depan.
Kepentingan Finansial vs. Ambisi Olahraga
Di balik kontroversi ini, ada juga anggapan bahwa keputusan Ennis untuk jarang bertarung adalah langkah strategis untuk memaksimalkan potensi pendapatannya. Tawaran yang dianggap rendah, seperti USD 1,7 juta yang ditawarkan kepada Norman Jr. untuk pertarungan unifikasi, bisa jadi semakin menguatkan keputusan Ennis untuk menunggu tawaran yang lebih besar.
“Baguslah Norman Jr. ingin mengikuti arahan untuk memulai tes VADA sekarang. Mereka tidak bisa mengambil risiko menggunakan ini sebagai alasan untuk mundur dari pertarungan,” kata Norman Sr. Hal ini menunjukkan betapa persaingan di kelas welter bukan hanya soal kemampuan di ring, tetapi juga aspek komersial yang turut menentukan nasib seorang petinju.
Kesempatan di Masa Depan
Mungkin penting bagi Ennis untuk memikirkan langkah-langkah berikutnya dengan bijak. Meskipun statusnya yang mapan memberikan kenyamanan finansial, tantangan di ring adalah yang membuat karier seorang petinju memiliki makna. Para penggemar dan pengamat kini menunggu keputusan Ennis untuk melihat apakah dia akan terlibat dalam pertarungan yang bisa menguatkan posisinya di dunia tinju.
Mungkin, ke depan, Jaron Ennis akan mampu menjawab tantangan ini dan menunjukkan bahwa dia layak disebut sebagai salah satu pesohor di dunia tinju. Dengan banyaknya peluang dan tantangan yang menanti, hanya waktu yang akan menjawab apakah Ennis akan kembali ke jalur yang diharapkan oleh banyak orang.