Mohamed Aboutrika, mantan pemain bintang Timnas Mesir, baru-baru ini mengeluarkan seruan mengejutkan yang meminta FIFA untuk membekukan status Federasi Sepakbola Israel (IFA) dan mencabut Amerika Serikat sebagai tuan rumah Piala Dunia 2026. Seruan ini dilandasi oleh invasi militer yang dilakukan Israel di Gaza, yang telah mengakibatkan kekacauan dan lebih dari 60.000 kematian, termasuk 420 pesepakbola, sejak Oktober 2023.
Aboutrika menilai bahwa FIFA dan UEFA tidak konsisten dalam pendekatan mereka terhadap konflik global. Ia menunjukkan bagaimana FIFA cepat mengambil tindakan terhadap Rusia dengan melarang tim-tim sepakbola negara tersebut berpartisipasi dalam turnamen setelah invasi ke Ukraina pada Maret 2022. "Kapan kependudukan Israel dihentikan? Kami tidak ingin hanya kata-kata, tapi tindakan nyata," tegas Aboutrika, seperti yang dilaporkan oleh berbagai media.
1. Seruan terhadap Amerika Serikat
Dalam pernyataannya, Aboutrika juga mengecam keterlibatan Amerika Serikat dalam konflik di Gaza. Ia mendesak FIFA untuk mencabut status negara tersebut sebagai tuan rumah Piala Dunia 2026, yang akan diadakan di AS, Meksiko, dan Kanada. Amerika Serikat dijadwalkan menjadi tuan rumah 16 laga dalam turnamen tersebut, termasuk partai puncak di final.
“Mengapa kita harus merayakan dengan salah satu negara yang terlibat dalam kejahatan kemanusiaan?” tanyanya. Dia menggarisbawahi bahwa olahraga seharusnya mendukung nilai-nilai kemanusiaan, bukan menjadi ajang untuk merayakan kehadiran negara yang dianggap bersalah.
2. FIFA dalam Sorotan Publik
FIFA telah berulang kali dikritik atas ketidakmampuannya untuk mengatasi isu-isu politik yang mengganggu dunia sepakbola. Kasus Israel bukanlah yang pertama kali menjadi sorotan. Pada 2015, Presiden Federasi Sepakbola Palestina, Jibril Rajoub, mengajukan permohonan untuk menjatuhkan sanksi kepada Israel, namun rencana tersebut ditarik kembali setelah ada tekanan dari beberapa presiden federasi lainnya.
Kritik terhadap FIFA semakin menguat ketika tidak ada tindakan konkret setelah serangkaian insiden di mana negara-negara lain telah dihukum karena alasan yang dianggap lebih sepele. Banyak yang mempertanyakan mengapa Israel tidak mendapatkan sanksi yang serupa meskipun banyak laporan yang menunjukkan pelanggaran terhadap hak asasi manusia.
3. Tindakan dari FIFA dan Respons Dunia
FIFA dan UEFA diharapkan untuk menanggapi dengan serius permintaan Aboutrika ini. Pengawasan internasional terhadap tindakan mereka menjadi semakin ketat. Pertanyaan mengenai kemampuan FIFA untuk berdiri di atas prinsip-prinsip sportivitas dan kemanusiaan terus berkumuh. "Jika FIFA dan UEFA serius, mereka harus menghukum Israel. Jika tidak, berarti mereka bersekongkol," tegas Aboutrika.
Dalam konteks yang lebih luas, masalah ini mencerminkan ketidakpuasan yang lebih mendalam terhadap bagaimana badan-badan olahraga global menanggapi konflik yang berpotensi memecah belah. Tindakan FIFA bisa menjadi contoh penting bagi federasi olahraga lain dalam menangani isu-isu serupa di masa depan.
Seiring dengan berjalannya waktu, sorotan pada FIFA dan bagaimana mereka akan beraksi kini semakin intens. Aboutrika, dengan pengalamannya di lapangan, menunjukkan bahwa suara dari dalam sepakbola harus di dengar dan ditindaklanjuti dengan saksama agar olahraga ini tetap mencerminkan nilai-nilai yang diusungnya.
Dalam situasi yang sangat mendesak ini, penting untuk mengingat bahwa bagi banyak orang, sepakbola bukan hanya permainan, tetapi juga simbol harapan dan keadilan sosial. Tindakan atau ketidakberdayaan FIFA dalam kasus ini bisa menentukan bagaimana masa depan hubungan antara olahraga dan isu-isu kemanusiaan akan terjalin.





