Keputusan mengejutkan datang dari legenda ganda putra Indonesia, Mohammad Ahsan. Di tengah banyaknya tawaran untuk melatih dari negara-negara Asia, Ahsan dengan tegas menolak peluang tersebut. Ia memilih untuk fokus pada masa istirahat dan menikmati waktu berkualitas bersama keluarganya. Keputusan ini diambil setelah Ahsan resmi pensiun dari arena bulu tangkis bersama rekannya, Hendra Setiawan, pada tahun 2025.
Ahsan, yang kini berusia 37 tahun, mengungkapkan bahwa pensiun dari bulu tangkis sejatinya adalah langkah untuk memberikan waktu bagi diri sendiri dan keluarganya. Dalam wawancara di Daddies Arena, ia menyatakan, “Tujuan mau pensiun memang mau istirahat dulu. Tahun ini mau komitmen istirahat dulu, buat keluarga dulu, terus memang benar-benar menikmati lah.” Pernyataan ini mencerminkan keinginannya untuk tidak terburu-buru kembali ke dunia yang telah menyita banyak waktu dan perhatian selama puluhan tahun.
Meskipun baru saja pensiun, Ahsan masih menjadi sosok penting dalam dunia bulu tangkis, sehingga tidak mengherankan jika ia menerima tawaran dari setidaknya tiga negara Asia untuk mengisi jabatan pelatih. Namun, keinginan untuk rehat dan berkumpul dengan keluarga membuatnya menolak semua tawaran tersebut. “Ada beberapa tawaran dari luar. Pokoknya sih saya enggak dulu,” ungkap Ahsan secara santai.
Salah satu alasan utama Ahsan menolak tawaran tersebut adalah ia merasa belum siap secara mental dan fisik untuk terikat dengan dunia bulu tangkis lagi. “Belum tahu sih, pokoknya tahun ini belum siap untuk komitmen, jadi kalau namanya komitmen kita benar-benar komitmen,” tuturnya. Cheilih memberikan pemahaman mengenai pentingnya komitmen, baik terhadap waktu maupun tanggung jawab dalam mengajarkan olahraga yang menjadi hidupnya.
Jika suatu saat Ahsan merasa siap untuk kembali sebagai pelatih, dia sudah memikirkan lokasi yang akan menjadi pilihannya. Dengan jelas, Ahsan menekankan bahwa Indonesia tetap menjadi prioritas utamanya. Ia ingin dekat dengan keluarganya, mengingat selama ini ia harus meninggalkan rumah untuk mengikuti kompetisi internasional. “Ya kalau bisa sih di Indonesia dulu, karena keluarga di sini. Kalau di luar kan harus jauh lagi dari keluarga,” tambahnya.
Keputusan Ahsan ini juga menunjukkan bagaimana seorang atlet, terutama yang telah berkarir lama, harus mempertimbangkan banyak aspek sebelum mengambil langkah berikutnya. Keluarga yang selalu menjadi prioritas utama dalam hidupnya membuktikan bahwa meskipun berprestasi di dunia olahraga, hal-hal yang bersifat pribadi dan emosional tetap memiliki nilai yang sangat tinggi.
Ahsan adalah salah satu atlet bulu tangkis paling berprestasi di Indonesia. Ia telah menyumbangkan banyak gelar dan prestasi sepanjang kariernya, menjadi panutan bagi generasi muda. Penolakannya terhadap tawaran melatih bukan berarti ia meremehkan potensi berkarir di bidang tersebut. Sebaliknya, Ahsan hanya ingin memastikan bahwa jika ia memilih untuk kembali, ia akan melakukannya dengan sepenuh hati.
Dengan latar belakang pengalaman yang mendalam di dunia bulu tangkis, Ahsan tentu tidak akan kesulitan untuk kembali jika nantinya memutuskan untuk mengambil tawaran sebagai pelatih. Namun, saat ini, fokusnya adalah menjalani kehidupan dengan cara yang lebih seimbang, menempatkan keluarga sebagai prioritas utama dalam hidupnya. Keputusan ini pun patut diapresiasi sebagai contoh cerdas tentang pentingnya keseimbangan antara karier dan kehidupan pribadi.
Ahsan memiliki banyak waktu untuk berpikir dan mempersiapkan langkah selanjutnya. Bagi penggemar dan pecinta bulu tangkis di Indonesia, harapan mereka tetap terjaga untuk melihat sosok legendaris ini kembali ke arena bulu tangkis, entah sebagai pelatih ataupun dalam kapasitas lainnya.





