Dalam sebuah wawancara yang memukau, petinju legendaris Sugar Ray Leonard mengungkapkan siapa petinju dengan pukulan terkeras yang pernah dihadapinya. Meskipun berhadapan dengan banyak petinju hebat seperti Marvin Hagler dan Thomas Hearns, Leonard menyebut Roberto Duran sebagai petinju yang memukulnya paling keras. Pernyataan ini mengejutkan banyak penggemar tinju, mengingat reputasi Duran yang terkenal sebagai “manos de piedra” atau “tangan batu.”
Leonard, yang merupakan juara dunia di lima kelas dan peraih medali emas Olimpiade, aktif di arena tinju pada tahun 1980-an. Ia menjadi bagian dari kelompok ikonis yang disebut ‘Four Kings’, bersama dengan Duran, Hagler, dan Hearns. Dalam perjalanan karirnya, Leonard menjadi satu-satunya anggota kelompok ini yang berhasil mengalahkan ketiga petinju lainnya. Namun, ia tidak bisa melupakan momen kalah melawan Duran dalam pertarungan pertamanya yang berlangsung pada bulan Juni 1980.
Dalam pertarungan tersebut, Leonard mengakui bahwa keputusan untuk bertukar pukulan dengan Duran adalah kesalahan besar. “Saya berhadapan langsung dengan orang ini, tetapi saya tahu setelah 12 ronde ini tidak cerdas. Duran memukul saya dengan kekuatan yang luar biasa,” ungkap Leonard. Rasa sakit yang ia rasakan selama pertarungan itu cukup untuk membuatnya menyadari kehebatan Duran sebagai petinju.
Di segmen ‘Best I Faced’ yang disiarkan oleh Ring Magazine, Leonard mengomentari bahwa Duran mampu menyakiti dirinya tidak hanya sekali, tetapi berkali-kali selama pertarungan tersebut. Pengalamannya itu memberikan pencerahan tentang kekuatan sebenarnya yang dimiliki oleh Duran. “Dia memukul saya begitu keras sehingga saya berpikir, siapa lagi yang ada di sini bersamaku?” jelas Leonard.
Setelah kekalahan pertamanya, Leonard tak mau menunggu lama untuk mengaktifkan klausul pertandingan ulang dalam kontraknya dengan Duran. Pertarungan keduanya berlangsung lima bulan kemudian, dan kali ini Leonard mengubah strateginya. Ia memilih untuk bertahan dan bergerak, menghindari pertukaran pukulan langsung yang sebelumnya ia coba lakukan. Akibat kelelahan Duran, pertarungan berakhir dengan Duran menyerah dan mengucapkan kata-kata terkenal “no mas” yang berarti “tidak lagi.”
Keduanya kembali bertemu untuk ketiga kalinya sembilan tahun setelah duel kedua mereka. Pertarungan tersebut, yang dikenal sebagai “Uno Mas,” memperlihatkan bagaimana kedua petinju sudah mengalami perubahan. Duran, kini berusia 38 tahun, tidak lagi punya kemampuan yang sama untuk melumpuhkan lawan, dan Leonard merebut kemenangan dengan sebuah pertarungan yang jauh lebih menguntungkan.
Leonard tidak hanya berbicara tentang kehebatan Duran di atas ring, tetapi juga memperlihatkan rasa hormat yang dalam terhadap lawan-lawannya. Ia menyadari betapa pentingnya setiap pertarungan dalam karirnya, dan mengakui bahwa setiap petinju memiliki kekuatan dan keterampilan yang bisa mengejutkan, terutama Duran, yang telah meninggalkan jejak yang tak terhapus dalam sejarah tinju.
Cerita perjalanan Leonard dan Duran bukan hanya tentang persaingan, tetapi juga tentang adaptasi dan pembelajaran di arena tinju. Keberanian Leonard untuk mengakui kekuatan Duran menunjukkan bahwa dalam dunia yang penuh dengan ego, ada tempat bagi penghormatan dan pengakuan terhadap kemampuan orang lain. Hal ini menambah kekuatan kisah mereka berdua sebagai salah satu rivalitas terhebat dalam sejarah olahraga.
Leonard dan Duran tetap menjadi dua figur penting dalam dunia tinju. Momen-momen dari pertarungan mereka yang legendaris, termasuk momen ketika Leonard akhirnya mengakui pukulan Duran yang keras, terus diingat oleh penggemar di seluruh dunia. Ini adalah bukti betapa mendalamnya dampak yang ditinggalkan oleh petinju-petinju hebat dalam sejarah olahraga ini.





