Pendidikan Jadi Penyelamat Masa Depan: Peranan Yanto Basna dalam Transformasi

Rudolf Yanto Basna, mantan kapten Timnas Indonesia, mengalami perjalanan karir yang penuh liku setelah menderita cedera lutut parah pada tahun 2021. Cedera tersebut terjadi saat ia bermain di Liga Thailand dengan Pracuap FC, yang membuatnya menjauh dari lapangan hijau selama beberapa waktu. Namun, di tengah tantangan tersebut, Yanto mampu menemukan harapan baru melalui pendidikan formal, yang dianggap sebagai penyelamat masa depannya.

Setelah kehilangan momentum karirnya, Yanto kini membela Waanal Brothers Football Club di Liga 3. Meskipun situasi ini kurang ideal bagi seorang atlet profesional, ia tidak membiarkan keadaan mematahkan semangatnya. Belajar dari pengalaman pahit tersebut, Yanto memutuskan untuk fokus pada pendidikan dan menemukan jati diri baru di dunia akademis. Dia baru-baru ini mempresentasikan paper penelitiannya di National Conference of Football and Science (NCFS) yang berlangsung di Institut Teknologi Bandung (ITB).

Pendidikan adalah tulang punggung bagi Yanto Basna. Dengan gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dan Magister Pendidikan (M.Pd) dari Universitas Negeri Yogyakarta, Yanto kini tengah mengejar gelar Doktor. Pencarian ilmu ini bukan hanya untuk kepentingan pribadi, tetapi juga untuk memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan pendidikan di Indonesia, khususnya di Papua, tempat kelahirannya.

Yanto optimis bahwa melalui pendidikan, anak-anak Papua dapat memiliki pilihan masa depan yang lebih baik dan tidak hanya bergantung pada karir sebagai pesepakbola. “Kita harus ada satu perubahan untuk bagaimana pemerintah dan PSSI mencari solusi yang lain. Saya sempat berpikir kenapa PSSI tidak melakukan lisensi pelatih khusus untuk guru?” ujarnya. Pemikiran ini menunjukkan bagaimana Yanto tidak hanya peduli pada karier sepakbola, tetapi juga pada masa depan generasi muda.

Yanto Basna memiliki visi untuk melatih pendidik di Papua, dengan target minimal 50 guru lisensi pelatih di setiap tingkat pendidikan per tahun. Ia percaya bahwa perubahan mindset adalah kunci untuk mencapai tujuan ini, meskipun ia menyadari tantangan yang harus dihadapi. “Susah-susah gampang kalau saya lihat. Karena untuk mengubah satu mindset itu susah dan butuh waktu,” ungkapnya.

Sebagai bentuk komitmennya, Yanto mengikuti program yang mengintegrasikan olahraga dalam pendidikan. Ia berharap agar anak-anak di tingkat sekolah dasar dapat aktif bermain sepakbola di luar jam pelajaran. Menurutnya, ini tidak hanya meningkatkan fisik anak-anak, tetapi juga mengajarkan mereka nilai-nilai seperti kerja sama dan disiplin.

Pendidikan bagi Yanto Basna adalah jalan untuk mengubah generasi muda dan masyarakat Papua. Dia menggambarkan pentingnya upaya dari dasar, terutama dalam meningkatkan kualitas pendidikan di daerah tersebut. “Kalau mau terbang generasi, saya akan fokus ke pendidikan dasar terutama,” tegasnya.

Perjalanan Yanto menunjukkan bahwa pendidikan bisa menjadi jalan untuk mencapai masa depan yang lebih cerah, bahkan bagi seseorang yang telah mengalami kejatuhan di jalur karirnya. Kisahnya menjadi inspirasi bagi banyak atlet dan generasi muda lainnya, menunjukkan bahwa dengan tekad dan pendidikan, tidak ada yang tidak mungkin.

Yanto Basna tidak hanya membuktikan bahwa atlet dapat meraih sukses di dunia akademis, tetapi juga memberikan semangat kepada anak-anak di daerahnya untuk mengejar pendidikan demi masa depan yang lebih baik. Dengan perjuangan yang dijalaninya, ia berusaha untuk menjadi contoh bahwa pendidikan adalah salah satu kunci untuk menyelamatkan masa depan.

Berita Terkait

Back to top button