Pemain belakang Athletic Bilbao, Yeray Alvarez, baru saja dijatuhi hukuman skors selama 10 bulan akibat konsumsi zat terlarang. Zat yang dimaksud adalah kanrenon, yang ditemukan dalam obat pencegah kerontokan rambut yang ia konsumsi sebagai bagian dari perawatan kanker. Keputusan ini diambil setelah Alvarez dinyatakan positif menggunakan kanrenon, diuretik yang berpotensi digunakan sebagai agen penyamar, setelah pertandingan semifinal Liga Europa melawan Manchester United pada Mei lalu.
Alvarez, yang kini berusia 30 tahun, mengungkapkan bahwa ia telah menderita kanker testis sejak 2016 dan menggunakan obat tersebut untuk mengatasi kerontokan rambut. Meskipun UEFA menerima argumentasi Alvarez bahwa konsumsi zat terlarang tersebut adalah suatu kesalahan yang tidak disengaja, mereka tetap menjatuhkan hukuman berdasarkan pelanggaran aturan anti-doping. Hal ini menunjukkan betapa ketatnya regulasi yang diterapkan dalam dunia olahraga, bahkan jika niat baik pelaku terlibat.
Mengenai sanksi ini, UEFA menyatakan bahwa meskipun terjadi faktor tidak sengaja, tetap ada pertanggungjawaban yang harus diambil oleh atlet. Dengan adanya keputusan ini, skorsing tersebut berlaku surut sejak Juni dan membuat Alvarez tidak dapat bermain hingga 2 April 2026. Ia juga hanya bisa kembali mengikuti sesi latihan mulai 2 Februari 2026.
Kasus ini bukanlah yang pertama kalinya dalam dunia sepak bola terkait doping. Sepanjang sejarah olahraga, terdapat banyak contoh atlet yang dijatuhi hukuman karena konsumsi zat terlarang, baik karena niat buruk maupun ketidaksengajaan. Namun, dalam hal ini, cerita Alvarez memberikan gambaran lebih dalam tentang tantangan yang dihadapi atlet dalam menjaga kesehatan sekaligus mematuhi aturan yang ada.
Dalam konteks ini, perlu diingat bahwa diuretik seperti kanrenon dapat memiliki efek yang signifikan terhadap performa atlet. Meskipun Alvarez tidak berniat menggunakan zat tersebut untuk keuntungan kompetitif, tindakan ini tetap dianggap melanggar peraturan. Menurut data, skorsing akibat doping seringkali tidak hanya berdampak pada karir atlet tetapi juga bisa mempengaruhi reputasi klub yang bersangkutan.
Sementara itu, Athletic Bilbao dan penggemar klub mengungkapkan dukungan untuk Alvarez. Banyak yang menilai bahwa kesalahan ini seharusnya dipandang dari perspektif lebih manusiawi karena berkaitan dengan perawatan kesehatan pribadi dan perjuangan Alvarez melawan kanker.
Pembelaan yang ia ajukan menjadi perhatian, karena isu doping sering kali menyentuh sisi kemanusiaan yang mungkin terabaikan dalam dunia kompetitif. Penanganan kasus ini membutuhkan keseimbangan antara penerapan hukum dan perhatian terhadap situasi kehidupan pribadi atlet.
Perkembangan seperti ini turut memberikan refleksi bagi para atlet lain untuk lebih berhati-hati dalam menggunakan obat-obatan, bahkan jika obat tersebut berasal dari resep dokter. Kesalahan kecil dalam pilihan produk dapat berakibat besar, baik secara reputasi maupun secara karier.
Dengan penetapan hukuman ini, Alvarez diharapkan dapat merenungkan kembali langkah-langkah ke depan setelah masa skorsing. Peluang untuk kembali ke lapangan hijau tentu menjadi motivasi bagi dia untuk menjalani masa rehabilitasi dengan baik, terutama setelah menghadapi tantangan kesehatan yang besar.
Athletic Bilbao akan terus memantau situasi ini dan memberikan dukungan kepada salah satu pemain kuncinya. Perjalanan Alvarez dalam dunia sepak bola belum berakhir; ini hanyalah langkah sementara dalam usaha pengembalian dirinya ke jalur yang tepat, baik sebagai atlet maupun individu.





