Floyd Mayweather Dukung Israel di Tengah Tragedi Darah dan Air Mata Gaza

Legenda tinju dunia Floyd Mayweather kini menjadi sorotan publik setelah pernyataannya yang kontroversial mengenai dukungannya terhadap Israel. Pernyataan tersebut disampaikan saat ia menghadiri konferensi Republican Jewish Coalition di Las Vegas, di tengah konflik yang berkecamuk di Gaza, di mana lebih dari 60.000 jiwa dilaporkan telah hilang akibat serangan militer Israel.

Dalam konferensi yang digelar baru-baru ini, Mayweather menyatakan, “Saya tidak mendukung kalian hanya 10 persen atau 50 persen. Saya seratus persen bersama Israel.” Ucapannya itu bukan hanya menggambarkan dukungan politik, tetapi juga menunjukkan kedekatannya dengan isu-isu yang dihadapi masyarakat Israel. Mayweather menambahkan, “Saya akan selalu menjadi suara bagi rakyat Israel. Saya akan selalu berdiri di belakang negara Israel,” yang semakin memicu reaksi negatif dari masyarakat luas.

Dukungan Mayweather datang di saat yang sangat sensitif. Sejak Oktober 2023, Gaza telah menyaksikan serangkaian serangan militer yang masif. Menurut data dari Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas, lebih dari 17.000 anak-anak tewas dalam konflik tersebut. Komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pun menyimpulkan bahwa tindakan rezim Israel memenuhi kriteria genosida, dan kondisi di Gaza telah mengarah pada kelaparan yang parah.

Kecaman tidak hanya datang dari pengguna media sosial, tetapi juga dari pegiat kemanusiaan yang menilai bahwa Mayweather tidak memahami situasi kemanusiaan yang mengerikan di kawasan tersebut. Salah satu komentar dari warganet menyatakan, “Mayweather bahkan tidak tahu apa yang sedang dia bicarakan,” mencerminkan kekecewaan banyak orang terhadap pernyataan mantan juara tinju itu.

Dalam konteks yang lebih luas, konflik ini tidak hanya melibatkan Israel dan Hamas. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, tengah menghadapi tuduhan berat terkait dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Mahkamah Pidana Internasional (ICC) bahkan telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadapnya pada November 2024, menunjukkan bahwa situasi politik di Israel juga berada dalam ketegangan yang tinggi.

Mayweather, meskipun mengeluarkan pernyataan yang mengundang kontroversi, telah beberapa kali mengunjungi Israel sejak dimulainya perang Gaza. Dalam kunjungannya ke Bandara Ben Gurion di Tel Aviv pada Oktober 2024, ia menjelaskan bahwa tempat itu seperti “rumah kedua” baginya. Meskipun demikian, dukungannya kini semakin menjauhkan dirinya dari simpati publik, terutama di mata mereka yang peduli dengan tragedi kemanusiaan yang terjadi di Gaza.

Kritik terhadap Mayweather tidak berhenti di situ. Banyak orang beranggapan bahwa seorang tokoh olahraga dengan pengaruh besar seharusnya lebih berhati-hati dalam berkomentar, terutama mengenai isu yang melibatkan nyawa manusia dan berbagai kompleksitas kemanusiaan. Reaksi keras ini mencerminkan harapan masyarakat kepada publik figur untuk lebih peka terhadap isu-isu global, terutama saat situasi politik dan kemanusiaan sangat memanas.

Meskipun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa Mayweather memiliki hak untuk mengekspresikan pandangannya. Namun, situasi yang ada di Gaza menunjukkan bahwa pernyataannya dapat menimbulkan dampak negatif yang lebih besar. Masyarakat internasional terus memantau perkembangan konflik dan mengharapkan adanya penyelesaian yang lebih damai dan manusiawi di masa depan.

Dengan latar belakang ini, terlihat bahwa olahraga dan politik sering kali berinteraksi dengan cara yang kompleks. Pernyataan dari ikon olahraga seperti Mayweather dapat memicu reaksi yang jauh lebih besar daripada yang diharapkan, terutama ketika disampaikan di tengah kondisi yang sensitif seperti saat ini. Dunia sekarang menantikan respons lebih lanjut dari tokoh-tokoh publik dan langkah-langkah yang diambil dalam menyikapi konflik ini.

Berita Terkait

Back to top button