Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, Erick Thohir, baru-baru ini mengeluarkan ultimatum kepada empat cabang olahraga. Keempat cabang tersebut adalah tenis meja, anggar, tinju, dan sepak takraw. Ultimatum ini muncul karena masalah dualisme kepengurusan yang telah berlangsung lama.
Dualisme ini sudah memecah belah federasi dan sangat merugikan atlet. Erick menegaskan bahwa hal ini harus segera diselesaikan agar atlet dapat berkompetisi di ajang internasional dengan baik. “Setelah ini kita bisa konsolidasi Desain Besar Olahraga Nasional,” ujarnya.
Menurut Menpora, pembenahan tata kelola olahraga prestasi menjadi prioritas. Hal ini sejalan dengan visi besar Asta Cita Presiden Prabowo. Ia menginginkan keharmonisan organisasi sebagai kunci utama mencetak prestasi. Kemenpora berharap KONI dan KOI mengambil langkah konkret untuk penyelesaian ini.
Khususnya, mereka diharapkan mengedepankan musyawarah dan mufakat sesuai dengan Undang-Undang Keolahragaan. Dalam surat resmi kepada Ketua Umum KOI dan KONI, Kemenpora memberikan batas waktu penyelesaian hingga akhir Desember 2025.
KONI menanggapi ultimatum tersebut secara serius. Sekretaris Jenderal KONI, Lukman Djajadikusuma, menyatakan bahwa mereka sudah berkoordinasi dengan KOI dan Kemenpora. “Kami sudah melakukan pertemuan dengan KOI dan pemerintah,” ujarnya.
KONI ingin penyelesaian dimulai dari internal masing-masing cabang olahraga. Kedua kubu yang berseteru harus melakukan konsolidasi. “Kita memediasi, tetapi mereka harus berinisiatif dulu,” tegas Ade.
Di sisi lain, KONI menekankan bahwa konflik internal tidak boleh merugikan atlet. Mereka harus didahulukan dalam menghadapi kompetisi. “Atlet tidak boleh menjadi korban konflik organisasi,” tambah Ade.
KONI berkomitmen agar penanganan dualisme ini tidak mengganggu semangat pembinaan olahraga. “Atlet adalah aktor utama, mereka harus dikedepankan,” tuturnya. Kemenpora pun berharap bahwa penanganan ini membawa dampak positif bagi masa depan olahraga di Indonesia.
Dalam konteks yang lebih luas, penyelesaian masalah kepengurusan ini penting untuk membangun kepercayaan di kalangan atlet dan masyarakat. Dengan demikian, Indonesia bisa kembali berprestasi di pentas olahraga internasional.
Langkah-langkah konkret yang diambil KONI dan KOI akan sangat menentukan masa depan cabang olahraga ini. Jika dualisme dapat diatasi, fokus dapat dialihkan untuk persiapan event-event besar, seperti SEA Games, Asian Games, dan Olimpiade.
Penting bagi semua pihak untuk memperhatikan kebutuhan dan hak-hak atlet dalam proses ini. Kontribusi mereka sangat krusial dalam meraih prestasi. Optimisme perlu dijaga agar cita-cita besar dalam dunia olahraga dapat terwujud.
Erick Thohir juga berharap perbaikan ini menjadi momentum untuk memperbaiki tata kelola olahraga di Indonesia. Dengan langkah yang tepat, semangat kebersamaan dapat terwujud untuk kemajuan bangsa.
Masalah dualisme ini memang rumit dan perlu kerja sama dari berbagai pihak. Meski begitu, adanya komitmen yang kuat untuk menyelesaikannya berbagai tantangan di olahraga Indonesia bisa diatasi.





