Gianni Infantino Serukan Perjuangan Anti-Bullying dan Kekerasan Online di Sepak Bola

Presiden FIFA Gianni Infantino baru-baru ini meluncurkan sebuah kampanye untuk melawan perundungan dan kekerasan online di dunia sepak bola. Dalam sebuah pernyataan resmi, ia menekankan pentingnya menciptakan ruang aman dan inklusif dalam olahraga ini, baik di lapangan maupun di dunia maya. Kampanye ini digelar bertepatan dengan Hari Toleransi Internasional, yang menyoroti perlunya mengakhiri stigma dan kekerasan yang mengganggu komunitas sepak bola.

Infantino menyatakan bahwa FIFA akan menjalankan “operasi digital terbesar” untuk melawan ujaran kebencian dan tindakan rasis terhadap pemain, pelatih, serta ofisial. Ia mendesak agar sepak bola tidak sekadar dianggap sebagai hiburan, melainkan juga sebagai ruang sosial yang harus dihormati dan dijaga. Dalam pernyataannya, Infantino menyatakan, “Segala bentuk perilaku kasar, diskriminatif, dan rasis tidak akan ditoleransi.”

Sebagai bagian dari upaya ini, FIFA meluncurkan Layanan Perlindungan Media Sosial. Layanan ini menggunakan teknologi pemantauan canggih untuk mendeteksi dan menandai konten negatif di berbagai platform media sosial. Ini bukan hanya tentang memantau, tetapi juga tentang meneruskan informasi kepada penegak hukum agar pelaku dapat ditindaklanjuti.

FIFA mengungkapkan bahwa teknologi ini telah diuji coba pada Piala Dunia Qatar 2022. Setelah itu, rencana untuk memperluas layanan ini menuju Piala Dunia 2026 menjadi fokus utama mereka. Infantino menegaskan, “Kami akan bekerja sama dengan asosiasi anggota dan aparat penegak hukum untuk memastikan setiap pelaku bertanggung jawab atas tindakannya.”

Hasil dari kampanye ini menunjukkan dampak yang signifikan. Sepanjang tahun 2025, lebih dari 30.000 unggahan kasar telah dilaporkan. Dari jumlah tersebut, 11 pelaku telah diteruskan ke pihak berwenang. Sejak 2022, total lebih dari 65.000 unggahan telah ditindaklanjuti, dan 20.587 postingan resmi dilaporkan untuk dihapus. Proses ini melibatkan pemantauan terhadap 2.401 akun di lima platform media sosial berbeda.

Teknologi ini menganalisis sekitar 5,9 juta postingan, dan hampir 1,79 juta postingan ditandai untuk ditinjau lebih lanjut. Dengan langkah-langkah tegas ini, FIFA berusaha menyampaikan pesan yang jelas: era kebencian online dalam sepak bola harus diakhiri secara sistematis dan tanpa kompromi.

Kampanye ini diharapkan dapat memberikan efek jera terhadap pelaku perundungan dan kekerasan online. FIFA berkomitmen untuk menjadikan sepak bola sebagai ruang yang aman bagi semua orang. Melalui kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk asosiasi sepak bola di seluruh dunia, diharapkan kesadaran akan pentingnya perlindungan terhadap individu di dunia maya akan terus meningkat.

Gerakan ini juga menjadi sinyal bahwa FIFA tidak akan ragu-ragu untuk menindak mereka yang melakukan perundungan dan kekerasan. Infantino menegaskan, “Sepak bola harus menjadi ruang yang aman dan inklusif.” Ini menjadi tantangan besar, tetapi FIFA optimis dapat menciptakan perubahan positif dalam budaya sepak bola.

Sebagai olahraga global, sepak bola memiliki kekuatan untuk mendidik dan menginspirasi. Dengan langkah-langkah nyata yang diambil untuk memerangi perundungan dan kekerasan online, FIFA berusaha menjadi contoh positif bagi industri olahraga lainnya. Ini bukan hanya isu dalam sepak bola, tetapi merupakan gambaran tantangan yang dihadapi oleh banyak komunitas di seluruh dunia.

Apakah football bisa jadi contoh dalam perlawanan terhadap kebencian di ruang digital? Dengan dukungan dan komitmen bersama, harapan ini dapat terwujud. Langkah yang diambil oleh FIFA menjadi bagian dari upaya lebih besar untuk memastikan bahwa setiap individu, terlepas dari latar belakangnya, dapat menikmati olahraga tanpa takut akan perundungan atau kekerasan.

Baca selengkapnya di: bola.bisnis.com

Berita Terkait

Back to top button