Seorang ibu asal Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) mengecam hadiah yang diterima anaknya setelah menjuarai lomba karate. Acara ini merupakan bagian dari Pameran Pembangunan yang diadakan Agustus 2025. Dalam video yang beredar, ia menunjukkan kekesalan karena hadiah yang dijanjikan sebesar Rp2 juta tidak sesuai dengan dana yang diterima, yaitu hanya Rp300 ribu.
Pengumuman tersebut menuai protes di media sosial. Sang ibu merasa dibohongi dan mempertanyakan komitmen pemerintah terhadap atlet muda. Menanggapi keluhan tersebut, Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi NTT, Frederik Christian Purwanto Koenunu, mengklarifikasi bahwa total hadiah sudah dibayarkan sesuai dengan nominal.
Pembayaran hadiah dilakukan oleh Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) NTT dan disalurkan ke induk organisasi olahraga. Frederik menjelaskan bahwa mereka telah mendatangi orangtua atlet untuk memberikan penjelasan mengenai proses pencairan hadiah. Ia menyebutkan, “Kami sudah membayarkan sesuai dengan besaran yang seharusnya diterima.”
Namun, muncul permasalahan karena ibu sang atlet tidak mendapatkan informasi yang cukup. Ternyata, para atlet diharapkan untuk saling berbagi sesuai dengan nilai solidaritas yang diajarkan dalam pelatihan. Sekretaris Dinas Kepemudaan dan Olahraga NTT, Karel Muskanan, menjelaskan bahwa pengurangan jumlah hadiah disebabkan oleh praktik pembinaan karakter di lingkungan latihan, dan ini tidak disampaikan dengan baik kepada orangtua.
Klarifikasi yang diberikan Kharel bertujuan untuk mengatasi kesalahpahaman. “Informasi tentang pembagian hadiah tidak tersampaikan, sehingga bisa menimbulkan kekecewaan,” tuturnya. Karel menegaskan pentingnya nilai kebersamaan dalam olahraga yang kadang-kadang menyebabkan hal ini terjadi.
Pemerintah NTT mengucapkan terima kasih atas kritik dan masukan dari masyarakat. Mereka berkomitmen untuk memastikan semua pihak terkait dalam masalah ini, termasuk orangtua, atlet, dan pelatih, bisa berbicara secara langsung.
Kejadian ini sontak menarik perhatian dan menjadi viral di kalangan netizen. Banyak yang meminta transparansi dari pemerintah mengenai hadiah yang diberikan kepada atlet. Publik berhak tahu bagaimana pengelolaan anggaran untuk acara-acara olahraga yang melibatkan generasi muda.
Protes tersebut menjadi cermin bagi semua pihak tentang pentingnya komunikasi yang jelas. Tanpa adanya informasi yang baik, kesalahpahaman bisa terjadi dan menimbulkan kekecewaan. Ini adalah pelajaran berharga bagi pengelola acara untuk lebih siap dalam memberikan penjelasan kepada masyarakat di masa mendatang.
Masyarakat di NTT juga diharapkan bisa lebih aktif dalam meminta klarifikasi jika ada hal yang membingungkan. Hal ini penting agar semua kejadian serupa tidak terulang. Pemerintah diharapkan bisa membuka saluran komunikasi yang lebih baik.
Ada banyak yang bisa dipelajari dari insiden ini, mulai dari aspek transparansi hingga nilai solidaritas dalam olahraga. Baik atlet maupun orangtua diharapkan mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana hadiah dan pengelolaan dana dilakukan.
Ke depan, hal ini dapat menjadi perhatian utama agar tidak ada yang merasa terabaikan. Terutama untuk atlet muda yang berjuang keras dalam mengikuti kompetisi dan meraih prestasi. Pencapaian mereka harus diapresiasi dengan cara yang sesuai dan transparan, untuk memberikan motivasi lebih agar terus berprestasi di bidang olahraga.





