Paus Leo XIV, yang baru terpilih sebagai pemimpin Gereja Katolik, menyampaikan dua pesan penting tentang bahaya perkembangan teknologi dan pentingnya persatuan dunia dalam khotbah perdana. Ia menekankan bahwa ketergantungan pada teknologi dapat membawa dampak negatif bagi iman dan kehidupan spiritual umat manusia. Dalam masa pelantikannya yang penuh khidmat di Vatikan, Paus Leo, yang sebelumnya dikenal sebagai Kardinal Robert Francis Prevost, menggantikan Paus Fransiskus dan menjadi Paus pertama dari Amerika Serikat.
Dalam pidato tersebut, Paus Leo XIV menyatakan, “Saat ini, kita masih melihat terlalu banyak perpecahan. Terlalu banyak luka akibat kebencian, kekerasan, prasangka, dan ketakutan terhadap perbedaan.” Ia menggambarkan bagaimana masyarakat modern cenderung memuja teknologi, kekuasaan, dan kenikmatan material, yang dapat menyebabkan hilangnya makna hidup dan nilai-nilai spiritual. Ini adalah perhatian serius di tengah dunia yang semakin menjauh dari ajaran iman.
Paus juga menyoroti berbagai luka sosial yang terjadi akibat berbagai faktor, termasuk eksploitasi sumber daya alam yang mengabaikan mereka yang paling rentan. Dengan tegas, ia menyerukan agar gereja menjadi pelopor dalam menciptakan cinta kasih universal, tanpa memandang latar belakang sosial, budaya, atau agama. “Gereja harus menunjukkan cinta Tuhan kepada semua orang,” ujarnya, menggarisbawahi pentingnya menghargai perbedaan antarindividu.
Kepemimpinannya yang baru ini juga mengisyaratkan tantangan politik yang harus dihadapi. Beberapa reaksi positif dan negatif muncul dari kalangan politikus, terutama seputar pandangan Paus terkait isu-isu kemanusiaan dan kebijakan pemerintah yang kontroversial. Dalam konteks ini, Paus Leo XIV berharap gereja dapat menjadi agen perdamaian di tengah masyarakat yang terpecah.
Dari catatan sejarah, pelantikan Paus Leo XIV pada 18 Mei 2025 berlangsung di hadapan lebih dari 100.000 umat, serta berbagai pemimpin dunia. Momen ini terlihat sebagai harapan baru bagi banyak orang yang mendambakan persatuan dan perdamaian. Paus Leo XIV berharap agar gereja dapat berperan sebagai fondasi yang kuat bagi hubungan yang harmonis di antara umat manusia, membawa terang dan kuasa Roh Kudus dalam perjalanan ini.
Di tengah perkembangan teknologi yang semakin pesat, Paus mengingatkan akan tantangan menjadi saksi dan pewarta Injil di lingkungan yang kritis. Banyak umat beriman merasa terpinggirkan dan tidak mendapat dukungan. Paus Leo XIV mengajak semua orang untuk bersatu dalam menciptakan dunia yang lebih baik, memperjuangkan keadilan, dan menjunjung tinggi martabat manusia.
Dengan pendekatan yang berbasis kasih dan persatuan, Paus Leo XIV memulai masa kepemimpinannya dengan pesan moral yang menggugah. Kini, dunia menanti tindakan kongkritnya dalam mengatasi tantangan-tantangan global di era digital ini. Diharapkan, di bawah kepemimpinannya, Gereja Katolik dapat menjadi alat untuk menyebarkan cinta kasih, memperkuat iman, dan membina hubungan yang lebih baik antarbangsa.
