Situs Patiayam di Desa Terban, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, kembali menarik perhatian publik dengan penemuan fosil gajah purba jenis Elephas yang ditemukan dalam kondisi hampir utuh. Temuan langka ini berpotensi menjadi daya tarik baru bagi wisata edukasi, di mana pengunjung dapat berinteraksi langsung dengan artefak bersejarah yang memberikan wawasan tentang kehidupan prasejarah di Indonesia.
Koordinator Museum Purbakala Patiayam, Jamin, menyatakan bahwa fosil ini tidak akan dipindahkan ke museum, melainkan akan tetap berada di situs asalnya. Ini dilakukan untuk menjaga kondisi fosil dan menjadikannya sebagai objek wisata unik. Rencana pengembangan fasilitas seperti gazebo di sekitar lokasi temuan juga diinisiasi untuk meningkatkan kenyamanan pengunjung. Gazebo ini diharapkan menjadi tempat bagi wisatawan untuk belajar dan menikmati atmosfer situs.
Fosil Elephas ini merupakan penemuan pertama di Patiayam, meskipun sebelumnya banyak ditemukan fosil gajah purba dari spesies lain, seperti Stegodon. Penemuan ini mengungkapkan fakta bahwa usia fosil Elephas diperkirakan mencapai 300.000 hingga 500.000 tahun, lebih muda dibandingkan dengan fosil Stegodon yang sudah ada sejak 750 ribu hingga 1,5 juta tahun lalu. Hal ini memberikan petunjuk tentang keberadaan spesies baru di kawasan tersebut dan menambah kekayaan koleksi fosil yang ada.
Rencana untuk memperluas ekskavasi di Patiayam juga diumumkan, dengan harapan bahwa masih ada ditemukan fosil lain di sekitar situs. Pemerintah Kabupaten Kudus berkomitmen untuk meningkatkan infrastruktur, termasuk perbaikan gardu pandang di sekitar lokasi. Ini bertujuan agar pengunjung dapat menikmati pemandangan situs dari ketinggian, sambil menyaksikan proses arkeologi secara langsung.
Museum Patiayam telah mengoleksi lebih dari 10.147 fragmen fosil, dengan sekitar 200-an di antaranya dipamerkan. Koleksi tersebut tidak hanya mencakup fosil gajah purba, tetapi juga hewan lain seperti rusa, badak, dan bahkan artefak kuno seperti kapak genggam. Ini menunjukkan bahwa kawasan Patiayam dulunya merupakan ekosistem yang kaya akan keanekaragaman hayati.
Pengembangan wisata edukasi di Patiayam mendapat respon positif, terutama dari kalangan pelajar dan mahasiswa yang tertarik pada sejarah dan ilmu geologi. Jamin mengharapkan bahwa inisiatif ini akan menambah pemahaman pengunjung mengenai proses ilmiah di balik penemuan fosil dan lapisan tanah tempat fosil ditemukan. Dengan cara ini, Patiayam tak hanya berfungsi sebagai museum, tetapi juga sebagai “laboratorium terbuka” yang memberikan pengalaman belajar yang mendidik.
Rencana pengembangan ini juga mencerminkan komitmen Pemkab Kudus untuk menjaga dan memanfaatkan warisan budaya serta alam dengan cara yang berkelanjutan. Mereka ingin menjadikan Patiayam sebagai destinasi wisata yang tidak hanya ramai dikunjungi, tetapi juga menarik perhatian peneliti dari berbagai penjuru negeri.
Melalui langkah-langkah ini, diharapkan kawasan Patiayam dapat menjadi pusat penelitian dan edukasi yang berharga, serta memberikan dampak positif bagi pengetahuan masyarakat mengenai sejarah prasejarah Indonesia. Keberadaan fosil gajah purba ini menambah nilai penting bagi pengembangan wisata sejarah dan menjadi indikator keberadaan kehidupan purba di wilayah Jawa, termasuk pemahaman tentang habitat yang pernah ada.
Dengan semua upaya ini, Patiayam tidak hanya akan menjadi lokasi wisata, tetapi juga akan menjadi bagian integral dalam pendidikan dan penelitian mengenai sejarah purba Nusantara.
