Wow! Ilmuwan Ungkap Tanggal Kiamat Alam Semesta Lebih Cepat dari Perkiraan

Alam semesta diperkirakan akan mengalami kehancuran lebih cepat dari yang sebelumnya ditaksir. Temuan ini dipaparkan oleh sekelompok peneliti dari Universitas Radboud, Belanda, yang menyatakan bahwa akhir dari semesta akan datang dalam waktu 1 quinvigintillion tahun, banyaknya sekitar 10^78 tahun. Angka ini merupakan revisi signifikan dari prediksi sebelumnya yang menyebutkan umur semesta hingga 10^110 tahun.

Tim ilmuwan ini mengandalkan teori radiasi Hawking, yang pernah diusulkan oleh fisikawan ternama, mendiang Stephen Hawking. Teori tersebut menyatakan bahwa lubang hitam melepaskan radiasi dan akhirnya dapat menguap. Peneliti dari Radboud memperluas penerapan teori Hawking ini tidak hanya pada lubang hitam, tetapi juga bagi objek luar angkasa lainnya seperti bintang neutron dan katai putih.

Implikasi Baru untuk Objek Langit

Meskipun bintang neutron dan katai putih diketahui dapat bertahan dalam keadaan stabil selama miliaran tahun, studi ini menunjukkan bahwa kedua jenis benda langit tersebut juga perlahan-lahan akan menghilang. Hal ini mengubah pandangan kita terhadap siklus kehidupan bintang dan potensi masa depan alam semesta.

Penulis utama penelitian, Heino Falcke, mengungkapkan kekhawatirannya, tetapi memberi kepastian bahwa meskipun ajal semesta kini diperkirakan lebih cepat, manusia masih memiliki waktu yang sangat lama untuk mempersiapkan. “Akhir dari alam semesta datang jauh lebih cepat dari yang diduga sebelumnya, namun untungnya masih akan terjadi dalam waktu yang sangat lama,” ujarnya.

Kolaborasi Ilmu Pengetahuan

Studi ini juga menarik perhatian komunitas ilmiah karena berhasil memadukan beragam disiplin ilmu. Seorang rekan penulis, Walter van Suijlekom, menekankan pentingnya pertanyaan-pertanyaan ekstrem untuk memahami teori radiasi Hawking lebih dalam. Kerja sama antara astrofisika, fisika kuantum, dan matematika dianggap memberikan wawasan baru yang berharga dalam memahami alam semesta.

Namun, di tengah berita mengejutkan ini, para ilmuwan memastikan bahwa tidak ada alasan bagi manusia untuk khawatir mengenai akhir semesta dalam waktu dekat. Perkiraan berasal dari Stephen Hawking menyebutkan bahwa bumi kemungkinan besar tidak akan mampu bertahan lebih lama dari tahun 2600 akibat berbagai ancaman seperti perang nuklir dan pemanasan global. Oleh karena itu, saat ini, ancaman terbesar adalah tantangan yang dihadapi bumi, bukan berapa lama alam semesta akan bertahan.

Risiko Pemanasan Global

NASA telah mempertegas kekhawatiran ini. Dalam pernyataan yang dirilis pada tahun lalu, lembaga tersebut mengungkapkan bahwa dampak dari pemanasan global yang disebabkan oleh aktivitas manusia sudah terasa saat ini dan semakin buruk seiring berjalannya waktu. NASA mengungkapkan bahwa gas rumah kaca yang terus dipancarkan oleh manusia akan memberikan dampak permanen terhadap planet ini.

Dengan demikian, tantangan nyata yang perlu dihadapi sekarang adalah bagaimana manusia bisa menjaga keberlangsungan hidup di planet yang kita huni. Ketika ilmuwan terus menyibukkan diri dengan prediksi akhir semesta, keadaan bumi kita justru menjadi lebih mendesak dan memerlukan perhatian penuh.

Upaya memahami akhir dari alam semesta memang menarik, tetapi menjaga kelangsungan hidup di bumi harus menjadi fokus utama. Sementara ratusan triliun tahun ke depan masih sangat jauh, tantangan yang ada saat ini di atas planet kita jelas jauh lebih mendesak dan memerlukan tindakan segera.

Berita Terkait

Back to top button