BMKG Bantah Anomali Seismik di Bogor Setelah Gempa 10 April Lalu

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) baru-baru ini menanggapi isu mengenai adanya "anomali seismik" setelah terjadinya gempa yang merusak di Bogor, Jawa Barat, pada 10 April 2025. Penjelasan ini disampaikan oleh Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, untuk meluruskan informasi yang beredar di masyarakat.

Daryono menekankan bahwa klaim mengenai anomali seismik tidak memiliki dasar yang kuat. Ia mengatakan, "Ono ono wae," yang menunjukkan ketidakpuasannya terhadap informasi yang beredar. Pernyataan ini muncul setelah akun sosial media Infomitigasi mengeluarkan pernyataan yang mengkhawatirkan terkait adanya gejala-gejala seismik pasca gempa. Kicauan tersebut bahkan disaksikan oleh ribuan orang dan menimbulkan kecemasan di kalangan masyarakat Bogor.

Klarifikasi Mengenai Anomali Seismik

Sebelumnya, dalam cuitannya, akun Infomitigasi memperingatkan akan potensi gempa susulan, menyatakan bahwa mereka mendeteksi anomali seismik berupa "getaran-getaran seismik halus namun dengan intensitas sering". Hal ini mendorong Daryono untuk bertanya lebih lanjut mengenai jenis anomali seismik yang dimaksud. Menurut BMKG, hingga saat ini, tidak ada teknologi yang dapat memprediksi secara akurat kapan dan di mana akan terjadi gempa bumi.

Dalam diskusi lebih lanjut, ia menekankan pentingnya akurasi informasi dalam konteks mitigasi bencana. Masyarakat diimbau untuk tetap waspada, tetapi tidak perlu panik dengan informasi yang tidak diverifikasi.

Penyebab dan Dampak Gempa di Bogor

Daryono menjelaskan bahwa gempa berkekuatan 4,1 yang terjadi di Bogor diduga disebabkan oleh aktivitas Sesar Citarik, sejenis patahan yang mengarah dari perairan selatan Sukabumi hingga pantai utara Bekasi. Gempa ini tidak hanya merusak, tetapi juga menimbulkan suara gemuruh yang berhasil terdengar oleh sebagian warga. Fenomena ini, menurut Daryono, adalah hal yang umum terjadi pada gempa yang bersumber dari kedalaman sangat dangkal.

BMKG juga mencatat adanya empat gempa susulan setelah kejadian utama, dengan kekuatan di bawah magnitudo 2. Walaupun berada di bawah intensitas berbahaya, masyarakat tetap disarankan untuk mengikuti informasi resmi dari BMKG dan instansi terkait lainnya.

Kerusakan yang Ditimbulkan

Dari data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sebanyak 35 unit rumah di Kota dan Kabupaten Bogor mengalami kerusakan akibat gempa tersebut. Tidak hanya rumah, satu fasilitas pendidikan juga tercatat mengalami kerusakan ringan. Meskipun jumlah korban jiwa dapat dihindari, satu orang dilaporkan mengalami luka ringan akibat gempa tersebut. Hal ini diperparah dengan pendataan kerusakan yang dilakukan oleh tim reaksi cepat BNPB, yang menilai kerajaan gedung seperti dinding dan atap mengalami kerusakan.

Daryono dan BNPB masing-masing menyerukan agar warga tetap mematuhi informasi yang disampaikan oleh pihak resmi. Melalui langkah-langkah mitigasi, diharapkan risiko lebih lanjut dapat diminimalkan.

Kesimpulan dan Harapan ke Depan

Meskipun informasi yang tidak akurat dapat menimbulkan kebingungan, BMKG memastikan bahwa mereka terus melakukan pemantauan dan analisis seismik secara profesional. Kewaspadaan masyarakat tentu sangat penting, namun harus diimbangi dengan informasi yang valid. Dengan demikian, diharapkan masyarakat dapat lebih tenang dan tidak mudah terpengaruh oleh rumor yang beredar.

Melalui kerjasama antara BMKG, BNPB, dan masyarakat, diharapkan Indonesia dapat lebih siap menghadapi bencana gempa bumi di masa mendatang.

Berita Terkait

Back to top button