Penemuan Kompleks Makam Berusia 1.500 Tahun di Suriah: Temuan Berharga Sejarah

Seorang pekerja konstruksi baru-baru ini menemukan kompleks makam berusia 1.500 tahun di provinsi Idlib, Suriah. Penemuan ini terjadi saat ia membersihkan puing-puing yang tertinggal akibat konflik berkepanjangan di wilayah tersebut. Kompleks pemakaman yang berasal dari era Bizantium ini terletak di Maarat al-Numan, sebuah kota strategis yang terjepit antara Aleppo dan Damaskus.

Kota Maarat al-Numan mengalami kerusakan parah selama perang Suriah, dimana banyak rumah dijarah dan dihancurkan. Setelah kota tersebut direbut kembali oleh pasukan yang setia kepada mantan presiden Bashar al-Assad pada tahun 2020, penduduk setempat mulai kembali dan mencoba membangun kembali kehidupan mereka. Momen inilah yang menjadi latar belakang penemuan bersejarah ini.

Saat sedang menjalankan proyek rekonstruksi, seorang kontraktor menemukan lubang-lubang batu yang mengarah ke dua ruang pemakaman. Masing-masing ruang tersebut berisi enam makam batu, dilengkapi dengan tanda salib pada bagian atas kolom batu. Penemuan ini menarik perhatian pihak berwenang, yang segera menghubungi tim ahli untuk mengamankan dan memeriksa lokasi tersebut.

Direktur Purbakala Idlib, Hassan al-Ismail, menjelaskan bahwa berdasarkan keberadaan salib, serta pecahan tembikar dan kaca yang ditemukan di area tersebut, makam ini dipastikan berasal dari era Bizantium. Kekaisaran Bizantium sendiri berdiri pada abad ke-4 Masehi dan merupakan kelanjutan dari Kekaisaran Romawi yang mengadopsi agama Kristen sebagai agama resminya. Kota Konstantinopel, yang kini dikenal sebagai Istanbul, di Turki, merupakan ibu kota dari kekaisaran tersebut.

Idlib dikenal memiliki banyak situs arkeologi, dengan diperkirakan sepertiga monumen di Suriah berada di daerah ini. Terdapat sekitar 800 situs bersejarah yang mencerminkan kekayaan warisan budaya kawasan tersebut. Namun, di bawah rezim Assad, banyak penemuan arkeologi tidak dipublikasikan karena takut akan penyitaan properti oleh pemerintah. Penduduk setempat, Ghiath Sheikh Diab, menjelaskan dampak negatif dari situasi ini, di mana warga lokal cenderung menyembunyikan informasi tentang penemuan bersejarah.

Warga setempat lainnya, Abed Jaafar, berpendapat bahwa penemuan artefak bersejarah semacam ini penting untuk menghidupkan kembali sektor pariwisata dan perekonomian lokal. “Dulu, banyak wisatawan asing yang datang ke Maarat hanya untuk melihat reruntuhannya,” kata Jaafar. Menurutnya, diperlukan langkah-langkah pemeliharaan terhadap benda-benda bersejarah agar dapat dikembalikan ke kondisi semula.

Di tengah tantangan dan kekhawatiran yang terkait dengan pemulihan pasca-konflik, penemuan ini memberikan harapan baru bagi masyarakat di Idlib. Pemanfaatan dan perlindungan terhadap situs bersejarah dapat menjadi langkah penting untuk merangsang pemulihan ekonomi dan keberlanjutan pariwisata.

Dengan adanya penemuan ini, diharapkan akan ada perhatian lebih dari pemerintah dan lembaga internasional untuk menjaga warisan budaya yang terancam punah akibat konflik. Melalui upaya pelestarian, bukan tidak mungkin Idlib suatu saat akan kembali menjadi destinasi wisata yang menarik dan kaya akan sejarah yang dapat diperkenalkan kepada dunia.

Berita Terkait

Back to top button