Pendukung Teori Bumi Datar Bertahan, Misi SpaceX Buktikan Sebaliknya

Pendukung teori Bumi datar masih bertahan meskipun banyak bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa Bumi berbentuk bulat. Misi luar angkasa terbaru dari SpaceX, yang dikenal dengan nama Fram2, memberikan rekaman yang jelas menunjukkan kelengkungan Bumi. Misi ini bukan hanya sekadar kontribusi ilmiah, tetapi juga menjadi tonggak penting dalam perdebatan yang berkepanjangan antara ilmuwan dan penganut teori konspirasi ini.

Pada 1 April lalu, roket Falcon 9 dengan kapsul SpaceX Dragon berhasil diluncurkan dari Kompleks Peluncuran 39A di Pusat Antariksa Kennedy, NASA, Florida. Para astronaut dalam misi Fram2 melintasi Kutub Utara dan Kutub Selatan beberapa kali dalam sehari. SpaceX kemudian merilis rekaman di media sosial, termasuk video timelapse perjalanan dari Antarktika ke Kutub Utara yang menunjukkan secara jelas kelengkungan planet ini. “Pandangan pertama wilayah kutub dari kapsul Dragon,” tulis SpaceX dalam unggahan mereka, yang direspons positif oleh publik.

Sementara banyak warganet menyambut bukti visual ini sebagai “kemenangan kecil” melawan teori Bumi datar, skeptisisme masih membayangi. Banyak penganut teori Bumi datar yang berargumen bahwa rekaman tersebut adalah hasil rekayasa digital. Beberapa komentar di media sosial berpendapat bahwa video tersebut bisa jadi menggunakan efek CGI untuk menciptakan ilusi kelengkungan Bumi. Misalnya, satu komentar yang muncul berbunyi, “Kelihatan banget deep fake-nya.”

Pandangan yang skeptis ini menyoroti bagaimana meskipun adanya bukti nyata, keyakinan yang telah mengakar sulit untuk diubah. Di dunia maya, banyak suara yang masih mempertahankan tentang teori Bumi datar, bahkan menuntut agar SpaceX mengadakan misi khusus untuk membawa penganut teori ini ke luar angkasa. Tanggapan semacam ini menunjukkan adanya keinginan untuk menghentikan debat yang tampaknya tak berujung.

Misi Fram2 ini juga membuka dialog tentang pentingnya edukasi berbasis sains. Fenomena ini menegaskan bahwa meskipun teknologi dan bukti visual berusaha untuk membongkar mitos, tantangan besar dalam menyebarluaskan pengetahuan sains tetap ada. Dalam konteks ini, para ilmuwan dan pendidik menilai bahwa rekaman dari misi ini dapat digunakan sebagai alat edukasi yang berharga di sekolah dan universitas.

“Ini bukan sekadar video luar angkasa, tetapi alat edukasi yang nyata,” menurut seorang dosen astronomi dari Universitas California. Misi ini menawarkan informasi dan visual yang dapat menarik minat generasi muda dan mendorong mereka untuk lebih percaya kepada sains dan fakta.

Meski begitulah, Elon Musk, CEO SpaceX, belum memberikan tanggapan terkait saran netizen tentang misi untuk penganut Bumi datar. Namun, bila ini terwujud, bisa jadi akan menciptakan sebuah episode menarik dalam sejarah eksplorasi luar angkasa.

Dalam menghadapi gelombang disinformasi yang terus berkembang, perlu diingat bahwa usaha yang konsisten dalam mendidik masyarakat tentang sains tetap sangat krusial. Misi-misi seperti Fram2 bukan sekadar kontribusi terhadap ilmiah, tetapi juga upaya untuk membangun kembali kepercayaan masyarakat terhadap fakta-fakta nyata yang dapat dipertanggungjawabkan. Dengan bukti yang semakin banyak, harapan akan pemahaman yang lebih baik tentang bentuk planet kita masih tetap ada.

Exit mobile version