
Akhir-akhir ini, Israel mengalami kerusakan besar akibat serangan rudal dari Iran, yang telah menghancurkan lebih dari 14.500 bangunan dan memaksa sekitar 2.800 penduduk untuk dievakuasi. Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich, mengungkapkan bahwa kerusakan ini terjadi dalam serangkaian serangan yang berlangsung baru-baru ini, menandakan meningkatnya ketegangan antara kedua negara.
Dari laporan yang diterima, otoritas pajak Israel mencatat 14.583 kasus kerusakan langsung akibat serangan tersebut. Sebagian besar bangunan yang terkena dampak berada di daerah permukiman yang terdampak serangan rudal Iran. Smotrich menambahkan bahwa dari pemukim yang dievakuasi, 2.775 orang telah dipindahkan dari rumah mereka, sebagian besar ditampung di hotel-hotel oleh pemerintah setempat sebagai respons darurat.
Dalam konteks ini, rudal balistik Iran yang dikenal sebagai Fattah 2 menjadi sorotan. Rudal ini memiliki kemampuan luar biasa dengan kecepatan mencapai 13-14 Mach, serta jangkauan antara 1.400 hingga 2.000 kilometer. Fattah 2 dirancang dengan hipersonik manuverable glide vehicle (HGV), membuatnya sangat sulit untuk dilacak oleh sistem pertahanan udara Israel seperti Iron Dome.
Sebelum Fattah 2, Iran juga memperkenalkan rudal Fattah 1 pada pertengahan 2023, dengan desain dan kemampuan yang lebih terbatas. Fattah 2, di sisi lain, dilengkapi dengan teknologi yang memungkinkan manuver kompleks serta kemampuan untuk menghindari deteksi radar. Dengan kemampuan ini, rudal tersebut dirancang untuk menembus pertahanan musuh, membuktikan bahwa teknologi rudal Iran telah berkembang pesat.
Sistem propulsi Fattah 2 terdiri dari dua tahap, di mana tahap pertama menggunakan bahan bakar padat. Ini memberikan fleksibilitas dalam menentukan jarak dan arah serangan, serta mempercepat waktu peluncuran jika dibandingkan dengan rudal berbahan bakar cair. Keunggulan ini bukan hanya memungkinkan serangan lebih cepat, tetapi juga meningkatkan presisi dalam menargetkan sasaran, seperti pangkalan militer atau pusat komando.
Dengan berat lepas landas sekitar 12 ton dan kemampuan membawa hulu ledak hingga 450 kilogram, Fattah 2 memiliki potensi untuk menyebabkan kehancuran yang signifikan saat diluncurkan. Fungsi navigasi rudal ini menggunakan inertial navigation unit (INU) dan sistem navigasi satelit global (GNSS) seperti GPS dan GLONASS, untuk memastikan akurasi tinggi dalam penargetan sasaran.
Dalam menghadapi serangan ini, pemerintah Israel telah mengerahkan berbagai langkah tanggap darurat. Pengungsian besar-besaran pemukim, penyaluran bantuan ke tempat penampungan, dan proses identifikasi bangunan yang perlu dibongkar menjadi beberapa upaya yang diambil. Sekitar 24 bangunan sudah ditetapkan untuk dibongkar akibat kerusakan parah yang disebabkan oleh serangan rudal ini.
Serangan Iran ini bukan hanya menimbulkan kerusakan fisik yang signifikan tetapi juga menimbulkan dampak psikologis yang mendalam terhadap penduduk setempat. Separuh dari mereka yang terpaksa dievakuasi berasal dari daerah yang telah mengalami serangan berulang kali, menciptakan ketakutan dan ketidakpastian yang berkelanjutan.
Sebagai penutup, situasi di Israel saat ini menekankan pentingnya sistem pertahanan yang lebih kuat dan kebijakan strategis yang lebih efektif untuk menghadapi ancaman dari luar negeri. Terlepas dari tingkat kerusakan yang dialami, respons cepat terhadap situasi darurat menjadi taktik utama untuk menjaga keamanan dan kesejahteraan warganya.





