
Teheran menjadi sorotan dunia kembali, khususnya terkait dengan fasilitas nuklir Fordow yang terletak di kedalaman pegunungan dekat kota Qom. Bahkan, Amerika Serikat (AS) menilai bahwa fasilitas ini sangat sulit untuk dihancurkan, meskipun menggunakan bom yang memiliki kemampuan penetrasi tinggi. Fordow, yang berada sekitar 96 kilometer di selatan ibu kota Iran, merupakan salah satu lokasi utama dalam ambisi nuklir Iran dan menjadi target potensial bagi Israel.
Menurut laporan dari BBC, Fordow diklaim Iran sebagai fasilitas yang digunakan untuk tujuan sipil. Namun, banyak pihak, terutama Israel, menganggap bahwa keberadaan tempat ini dapat mengancam keberlangsungan hidup negara mereka. Fordow terdiri dari dua terowongan utama yang digunakan untuk mesin sentrifugal dalam proses pengayaan uranium. Di sana, terdapat juga jalur penghubung terowongan yang lebih kecil dan enam pintu masuk yang mengakses kompleks bawah tanah ini.
Tantangan Militer
Keberadaan Fordow menjadi tantangan tersendiri bagi militer Israel. Meskipun Israel memiliki kekuatan udara yang dominan, kedalaman fasilitas Fordow mencapai 80-90 meter, jauh lebih dalam dibandingkan situs pengayaan uranium Iran lainnya di Natanz yang hanya sekitar 20 meter. Serangan yang dapat menghancurkan fasilitas ini memerlukan penggunaan amunisi khusus, seperti "penghancur bunker" yang mampu menembus beton dan tanah dalam.
Israel diperkirakan memiliki jenis senjata tersebut, tetapi efektivitasnya terbatas pada kedalaman kurang dari 10 meter. Di sisi lain, AS memiliki GBU-57 Massive Ordnance Penetrator (MOP) yang beratnya mencapai 13.000 kilogram dan mampu menembus hingga 18 meter beton atau 61 meter tanah, sebagaimana dinyatakan oleh analis di Janes, perusahaan intelijen pertahanan. Namun, bahkan dengan teknologi tersebut, tidak ada jaminan bahwa serangan menggunakan MOP dapat menghancurkan Fordow, mengingat kedalamannya yang luar biasa.
Keputusan Strategis Amerika
Terlepas dari kemampuan militer yang dimiliki, AS tampaknya masih menunda upaya militer terhadap Iran, termasuk menyerang Fordow. Penundaan ini menunjukkan adanya pertimbangan yang lebih besar, baik dari segi politik maupun strategis. Para analis berpendapat bahwa tindakan militer terhadap Fordow dapat memperluas konflik yang sudah tegang di Timur Tengah. Penyebaran pengebom siluman B-2 ke Diego Garcia, yang terletak sekitar 3.700 km dari Iran, menjadi salah satu indikasi bahwa AS masih mempersiapkan opsi serangan terhadap target-target di Iran.
Masyarakat internasional mungkin perlu menyaksikan langkah-langkah diplomatik yang akan diambil, mengingat tensions antara Iran dan negara-negara Barat semakin meningkat. Keberhasilan diplomasi akan sangat bergantung pada bagaimana komunitas internasional bisa bersama-sama menanggapi ambisi nuklir Tehran yang semakin ambisius.
Fokus pada Fordow
Banyak pengamat percaya bahwa Fordow saat ini merupakan simbol dari kemampuan Iran dalam mengembangkan teknologi nuklir. Keberadaan fasilitas ini tidak hanya mencerminkan tantangan militer bagi Israel dan AS, tetapi juga menandakan ambisi jangka panjang Iran untuk menjadi kekuatan regional. Komunitas internasional sangat diharapkan untuk mempertimbangkan berbagai opsi yang ada dalam menyikapi isu ini, baik melalui diplomasi maupun langkah-langkah lainnya.
Menghadapai situasi yang sangat kompleks ini, baik Iran, Israel, maupun AS harus mempertimbangkan dampak jangka panjang dari setiap langkah yang diambil. Fordow tidak hanya sekadar lokasi untuk pengayaan uranium, tetapi juga pusat dari ketegangan yang melibatkan kekuatan global dan regional di era modern ini.





