Penumpang Pesawat Wajib Waspada: Turbulensi Kian Mengerikan di Langit

Turbulensi pesawat saat terbang kini bukan hanya sekadar guncangan biasa yang membuat penumpang cemas. Dengan perubahan iklim yang semakin mengkhawatirkan, para ahli memperingatkan bahwa fenomena ini akan semakin sering terjadi dan bisa membawa dampak yang lebih serius, terutama saat pesawat akan lepas landas atau mendarat.

Dalam sebuah penelitian terbaru yang dilakukan oleh Profesor Lance M Leslie dan Milton Speer dari University of Technology Sydney, dibuktikan bahwa "downburst"—hembusan angin ekstrem yang turun dari awan badai—semakin diperburuk oleh panas dan kelembaban akibat pemanasan global. Mereka mengungkapkan, kedua faktor itu adalah penyebab utama meningkatnya turbulensi di ketinggian rendah yang dapat membahayakan penerbangan.

Dengan dukungan teknologi pembelajaran mesin, penelitian ini menunjukkan bahwa meningkatnya suhu dan kandungan uap air di atmosfer berkontribusi pada pembentukan badai petir yang lebih kuat. Badai tersebut kemudian menghasilkan "microburst," yaitu bentuk turbulensi tajam yang dapat menyebabkan pesawat mengalami guncangan mendadak, khususnya saat momen krusial seperti lepas landas dan mendarat.

Risiko Turbulensi di Ketinggian Rendah

Turbulensi seringkali menjadi fokus perhatian ketika berbicara tentang penerbangan, tetapi banyak publik tidak menyadari bahwa turbulensi di ketinggian rendah—khususnya yang disebabkan oleh microburst—justru lebih berbahaya. Hal ini diperparah oleh kenyataan bahwa pesawat kecil, terutama yang memiliki kapasitas 4 hingga 50 penumpang, sangat rentan terhadap efek dari downburst. Dalam kondisi tertentu, turbulensi ini dapat membuat pesawat terombang-ambing hingga nyaris kehilangan kendali.

Menariknya, setiap kenaikan suhu 1 derajat Celsius dapat meningkatkan kapasitas atmosfer untuk menahan uap air sebesar 7%. Kelembaban yang tinggi, terutama saat cuaca panas, menjadi bahan bakar bagi badai petir yang hebat. Ironisnya, meskipun perhatian umum cenderung tertuju pada turbulensi di ketinggian tinggi—seperti clear air turbulence yang diakibatkan oleh jet stream—penelitian menunjukkan bahwa ancaman di ketinggian rendah tak boleh dipandang sebelah mata.

Kesadaran Penting di Kalangan Penumpang

Menghadapi situasi ini, para ahli mendesak maskapai penerbangan dan otoritas terkait untuk meningkatkan kewaspadaan, terutama saat cuaca tidak menentu atau badai mulai terbentuk. Dalam beberapa bulan terakhir, insiden terkait turbulensi ekstrem semakin sering terjadi, yang menandakan bahwa situasi tidak dapat diabaikan.

Para penumpang diimbau untuk tetap mengenakan sabuk pengaman selama penerbangan, bukan hanya saat tanda darurat menyala. Karena, dalam situasi turbulensi, guncangan mendadak bisa muncul kapan saja. Sikap proaktif ini menjadi penting sebagai langkah pencegahan untuk meminimalisir risiko cedera selama penerbangan.

Perkuat Kesiapan Awak Kabin dan Maskapai

Tidak dapat dipungkiri bahwa di era perubahan iklim yang cepat ini, turbulensi menjadi suatu pengalaman yang tidak hanya tidak nyaman tetapi juga menyimpan potensi menjadi ancaman serius. Oleh karena itu, kesiapan penuh dari maskapai dan awak kabin sangat diperlukan untuk menghadapi situasi ini. Maskapai juga diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih transparan kepada penumpang mengenai risiko turbulensi dan cara-cara untuk tetap aman selama penerbangan.

Dengan kondisi cuaca global yang kian ekstrem, memberi perhatian lebih pada turbulensi dalam penerbangan bukan sekadar opsi. Ini telah menjadi kebutuhan mendesak yang harus direspons secara menyeluruh oleh seluruh jajaran industri penerbangan demi keselamatan semua penumpang.

Exit mobile version