Wamen Stella: Pendidikan Harus Penuhi 3 Aspek Ini Agar Tak Tertinggal dari AI

Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Stella Christie, menekankan pentingnya pendidikan untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi, khususnya kecerdasan buatan (AI). Dalam pernyataannya, Stella menjelaskan bahwa AI semakin merambah berbagai aspek kehidupan, dan ada kekhawatiran bahwa teknologi ini dapat menggantikan peran manusia. Namun, menurutnya, AI tidak akan mampu menggantikan kemampuan manusia jika pendidikan mampu membekali peserta didik dengan keterampilan yang diperlukan untuk bersaing.

Stella menegaskan bahwa pendidikan harus fokus pada tiga hal penting agar tidak kalah dari AI. Pertama, para peserta didik harus dikuatkan dengan literasi AI. Hal ini berarti bahwa siswa tidak hanya perlu mengenal dan menggunakan alat AI, tetapi juga harus mampu memahami dan menganalisis situasi di mana AI dapat digunakan secara efektif. “Mereka harus mampu mengartikulasikan secara sistematis mana masalah yang dapat diselesaikan oleh AI dan mana yang memerlukan masukan manusia,” tuturnya.

Kedua, pendidikan harus menumbuhkan karakter dan empati. Hasil pendidikan yang hanya berorientasi pada kemampuan teknis tanpa memperhatikan pengembangan karakter akan menghasilkan individu yang kurang peka terhadap kondisi sosial. Ini sangat penting, terutama di era di mana mesin semakin terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari. Stella menekankan bahwa kemampuan berpikir reflektif dan kemanusiaan adalah aspek yang tidak bisa direplikasi oleh mesin.

Ketiga, Stella menyarankan perlunya kemampuan berpikir kritis di antara peserta didik. “Pendidikan harus memberi ruang bagi siswa untuk berpikir kritis, bukan hanya menerima informasi,” ujarnya. Hal ini akan membantu siswa dalam menciptakan solusi inovatif terhadap permasalahan yang ada dan beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan teknologi.

Data menunjukkan bahwa keterlibatan AI dalam pendidikan semakin meningkat, dengan 87% pelajar di Indonesia dan 86% pelajar global menggunakannya. Kenyataan ini menunjukkan bahwa integrasi AI dalam proses pembelajaran semakin tidak dapat dihindari. Oleh karena itu, penting bagi pendidik untuk merencanakan kurikulum yang dapat mengakomodasi kebutuhan belajar siswa di era ini.

Pendidikan yang tidak hanya teknis namun juga karakter yang kuat akan membekali siswa untuk menghadapi tantangan di masa depan. “Maka, pertanyaannya bukan lagi apakah kita siap bersaing dengan AI, melainkan apa yang harus dilakukan oleh pendidik,” tegas Stella. Dengan kata lain, perubahan kurikulum dan metode pengajaran menjadi keharusan untuk menyiapkan generasi masa depan.

Dari sudut pandang teknologi, pendidikan harus mengadopsi pendekatan yang mengintegrasikan AI dalam pembelajaran dengan cara yang produktif. Misalnya, pengajaran menggunakan platform berbasis AI yang dapat membantu siswa belajar dengan cara yang lebih interaktif dan personal. Hal ini akan membuat siswa lebih tertarik dan terlibat dalam proses belajar mengajar.

Peran guru pun sangat penting dalam transisi ini. Mereka harus dilatih untuk memahami teknologi dan mampu mengajar siswa bagaimana menggunakan AI secara etis dan bertanggung jawab. Dengan demikian, pendidikan dapat menciptakan generasi yang tidak hanya terampil teknis, tetapi juga mampu berkontribusi positif kepada masyarakat.

Dalam rangka menghadapi era digital ini, penting untuk memiliki kerangka pendidikan yang responsif dan adaptif. Keterampilan literasi AI, pengembangan karakter, serta kemampuan berpikir kritis harus menjadi fokus utama dalam pendidikan kita saat ini. Dengan langkah ini, diharapkan generasi mendatang tidak hanya mampu bersaing dengan AI, tetapi juga menjadi pemimpin yang mampu memanfaatkan teknologi untuk kebaikan umat manusia.

Berita Terkait

Back to top button