
Iran baru-baru ini mengumumkan pembukaan sebagian wilayah udaranya menyusul gencatan senjata dengan Israel. Keputusan ini diambil setelah 12 hari pertempuran intens antara kedua negara yang dipicu oleh serangan Israel terhadap fasilitas nuklir dan militer Iran. Juru bicara Kementerian Jalan dan Pembangunan Perkotaan Iran, Majid Akhavan, menyatakan bahwa wilayah udara di bagian timur Iran kini kembali dibuka untuk penerbangan domestik dan internasional, termasuk penerbangan yang melintasi wilayah udara Iran.
Meskipun ada pengumuman positif ini, beberapa bandara utama di Iran masih belum dibuka. Penerbangan dari Bandara Mehrabad di Teheran dan Bandara Internasional Imam Khomeini, yang terletak sekitar 40 kilometer dari ibu kota, tetap dihentikan. Penutupan ini dipandang sebagai langkah untuk mengantisipasi potensi ketegangan yang mungkin terjadi di masa mendatang.
Gencatan senjata ini ditengahi oleh Amerika Serikat setelah ketegangan yang meningkat antara kedua belah pihak. Dalam serangan terakhir yang terjadi pada 13 Juni 2025, Israel menyerang beberapa target strategis di Iran. Respons Iran pun tidak kalah cepat, di mana mereka meluncurkan serangan rudal ke Pangkalan Udara Al Udeid yang dikelola oleh militer AS di Qatar. Serangan ini terjadi beberapa hari setelah serangan AS yang menargetkan fasilitas nuklir di Fordow, Natanz, dan Isfahan.
Sementara itu, situasi penerbangan di kawasan sekitarnya tetap tidak menentu. Beberapa negara di kawasan teluk, termasuk Qatar, Bahrain, Kuwait, dan Irak, telah menutup wilayah udara mereka sebagai langkah pencegahan. Kementerian Luar Negeri Qatar mengumumkan penutupan ini untuk melindungi keselamatan warga negaranya serta pengunjung. Demikian juga, Direktorat Jenderal Penerbangan Sipil di Bahrain mengonfirmasi bahwa aktivitas navigasi udara ditangguhkan sebagai respons terhadap perkembangan terkini.
Kuwait juga tidak luput dari dampak tersebut, dengan Kementerian Transportasi mereka menginstruksikan penutupan wilayah udara, yang menyebabkan penangguhan semua penerbangan dari Kuwait Airways. Oman Air menegaskan bahwa mereka menangguhkan penerbangan ke beberapa kota besar di kawasan Teluk, seperti Manama, Dubai, dan Doha, sebagai respons atas situasi yang tidak menentu. Di sisi lain, EgyptAir juga menutup layanannya antara Kairo dan beberapa kota di Teluk hingga situasi memungkinkan kembali aman.
Peningkatan ketegangan ini menunjukkan betapa kompleksnya situasi geopolitik di kawasan Timur Tengah. Gencatan senjata yang baru saja dicapai memberikan secercah harapan, namun ancaman dari serangan yang berlanjut tetap mengintai. Pembukaan kembali wilayah udara Iran diharap menjadi langkah awal menuju stabilitas, tetapi tantangan di lapangan tetap ada.
Penting untuk memantau bagaimana situasi ini akan berkembang, terutama terkait dengan respons negara-negara tetangga dan dampaknya terhadap penerbangan internasional. Setiap perubahan, baik yang bersifat positif maupun negatif, dapat berpengaruh signifikan terhadap keamanan penerbangan di kawasan ini. Dengan ketegangan yang masih ada, setiap pihak harus tetap waspada dan siap menghadapi situasi yang berubah.





