Judi Online Makin Menjadi, Komdigi Targetkan Berantas 3 Juta Situs Tahun Ini

Judi online di Indonesia semakin marak dan sulit untuk dikendalikan. Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah situs judi online yang beroperasi telah meningkat pesat, dan permasalahan ini menjadi perhatian serius bagi berbagai pihak. Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) mencatat bahwa upaya untuk mengatasi fenomena ini terus dilakukan, termasuk pemblokiran situs-situs yang terlibat dalam perjudian ilegal.

Teguh Arifiyadi, Direktur Pengawasan Sertifikasi dan Transaksi Elektronik di Komdigi, menyatakan bahwa dalam lima tahun terakhir, sekitar 800.000 situs judi online telah berhasil diblokir. Namun, angka tersebut menunjukkan bahwa antara tahun 2023 dan 2024, lebih dari 3 juta situs judi online diperkirakan akan terblokir. "Pergerakan situs judi online semakin masif," ungkap Teguh dalam sebuah konferensi pers mengenai film edukatif berjudul Agen +62.

Meskipun langkah-langkah ini diambil, banyak pemain judi yang tidak merasa sebagai korban. Hal ini menunjukkan kurangnya kesadaran kolektif dalam masyarakat mengenai bahaya perjudian online. "Kuncinya adalah kesadaran penggunanya. Tanpa itu, meskipun sejumlah situs diblokir, isu ini tidak akan selesai," jelasnya.

Salah satu inisiatif untuk meningkatkan kesadaran masyarakat adalah dengan edukasi melalui film. Agen +62 dirilis sebagai media yang menyampaikan pesan tentang bahaya judi online dengan cara yang lebih ringan dan menarik. Film ini disutradarai oleh Dinna Jasanti dan diharapkan dapat menjangkau generasi muda, yang memiliki risiko lebih tinggi terpapar perjudian online.

Berdasarkan data dari Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), terdapat lebih dari 11 juta pemain judi online di Indonesia pada kuartal pertama tahun 2025. Hal ini menunjukkan betapa mendesaknya upaya penanganan terhadap fenomena perjudian ini. "Kami memilih genre komedi karena humor dapat menjangkau banyak orang melalui cara yang lebih nyaman," ungkap Orchida Ramadhania, produser film tersebut. Pendekatan ini dianggap efektif untuk membicarakan isu yang sensitif tanpa menimbulkan penolakan.

Rieke Diah Pitaloka, pemeran utama film, juga menekankan pentingnya seni dalam membangun kesadaran di masyarakat. "Seni adalah cara terbaik untuk membangun kesadaran tanpa harus meneriakkannya," tegasnya. Dia menilai bahwa kolaborasi antara berbagai institusi, termasuk kementerian, masyarakat, dan sektor keuangan, sangat penting untuk menanggulangi masalah ini secara menyeluruh.

Banyak pihak menyadari bahwa mengedukasi masyarakat tentang bahaya judi online tidak cukup hanya dengan pendekatan konvensional. Diperlukan metode yang kreatif dan inovatif agar pesan tersebut lebih mudah diterima oleh masyarakat, terutama generasi muda yang lebih rentan. Kesuksesan penyampaian pesan ini bisa menjadi langkah awal dalam menanggulangi masalah judi online yang semakin parah.

Selain film, berbagai upaya lain juga dilakukan untuk mengatasi judi online. Misalnya, kampanye kesadaran melalui media sosial dan seminar yang melibatkan pakar serta praktisi di bidangnya. Ini bertujuan untuk menciptakan sinergi dalam mengatasi masalah yang kompleks ini.

Berdasarkan berbagai sumber, termasuk data dari Komdigi dan PPATK, terlihat jelas bahwa judi online telah menjadi fenomena yang meresahkan. Dalam menghadapi tantangan ini, dibutuhkan kesadaran serta kerjasama dari semua pihak untuk menciptakan lingkungan yang aman dan sehat dari perilaku judi online. Ke depan, langkah-langkah strategis dan kolaboratif akan sangat diperlukan untuk menjaga generasi muda dari jeratan perjudian yang bisa merusak masa depan mereka.

Berita Terkait

Back to top button