Suhu udara yang terasa lebih dingin di berbagai wilayah Indonesia selama musim kemarau sering kali dihubungkan dengan fenomena aphelion. Fenomena ini terjadi saat Bumi berada pada titik terjauh dari Matahari dalam orbitnya. Meskipun ada persepsi umum bahwa aphelion berpengaruh terhadap perubahan iklim lokal, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menegaskan bahwa dampak aphelion tidak signifikan terhadap suhu atau cuaca di Bumi.
Apa Itu Aphelion?
Aphelion adalah peristiwa astronomi yang berlangsung setiap tahun, biasanya pada awal Juli. Pada 2025, aphelion diprediksi terjadi pada tanggal 4 Juli pukul 02.54 WIB, dengan jarak Bumi ke Matahari mencapai sekitar 152,1 juta kilometer—lebih jauh dibandingkan rata-rata jarak Bumi-Matahari yang sekitar 149,6 juta kilometer. Orbit Bumi berbentuk elips, bukan lingkaran sempurna, yang menyebabkan variasi jarak ini akibat tarikan gravitasi dari planet-planet besar di tata surya, seperti Jupiter dan Saturnus, yang juga berpengaruh terhadap orbit Bumi.
Saat aphelion berlangsung, kecepatan revolusi Bumi sedikit melambat karena gaya gravitasi dari Matahari yang berkurang, sesuai dengan Hukum Kepler kedua tentang gerak planet.
Apakah Aphelion Menyebabkan Suhu Dingin dan Penyakit?
Banyak orang berpendapat bahwa suhu dingin di Indonesia selama bulan Juli adalah akibat dari fenomena aphelion. Namun, BMKG menjelaskan bahwa suhu rendah yang dialami masyarakat lebih dipengaruhi oleh beberapa faktor atmosfer dan meteorologis.
-
Penampakan Matahari yang Lebih Kecil
Salah satu efek dari aphelion adalah ukuran Matahari tampak sedikit lebih kecil, sekitar 1,68% dibandingkan saat perihelion. Namun, perbedaan ini sangat kecil dan tidak dapat dilihat dengan mudah. -
Tidak Menyebabkan Suhu atau Cuaca Ekstrem
Penurunan suhu yang dirasakan tidak diakibatkan oleh aphelion, melainkan oleh monsoon dingin dari Australia yang membawa aliran udara dingin ke Indonesia. Pada saat ini, minimnya tutupan awan juga menyebabkan radiasi panas dari permukaan Bumi cepat lepas ke atmosfer di malam hari, sehingga suhu merosot tajam, terutama di daerah dataran tinggi seperti Dieng. -
Pengaruh pada Durasi Musim
Fenomena aphelion ini turut berkontribusi terhadap durasi musim, di mana musim panas di belahan Bumi utara berlangsung sekitar 2-3 hari lebih lama dibandingkan di belahan Bumi selatan. Namun, dampaknya terhadap iklim global tidak signifikan. - Fenomena Astronomi yang Tidak Berbahaya
Aphelion merupakan peristiwa rutin yang tidak menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan. Pesan berantai yang sering mengaitkan aphelion dengan penyakit seperti flu atau gangguan kesehatan lainnya adalah informasi yang keliru, dan BMKG memastikan bahwa fenomena ini tidak memiliki efek buruk pada kehidupan sehari-hari.
Meskipun fenomena aphelion menarik perhatian sebagai peristiwa astronomi tahunan, suhu dingin yang dirasakan masyarakat Indonesia selama musim kemarau disebabkan oleh faktor-faktor meteorologis lain, seperti aliran udara dingin dari Australia dan kondisi minim tutupan awan. Memahami fakta ini dapat membantu masyarakat untuk lebih bijak dalam mencerna informasi dan menghindari kesalahan pemahaman terkait fenomena alam.
Selain itu, fenomena aphelion kembali menegaskan sifat dinamis dari hubungan antara Bumi dan Matahari serta pengaruh gravitasi yang kompleks dalam tata surya kita. Dengan pemahaman yang lebih baik mengenai fenomena ini, masyarakat dapat meningkatkan kesadaran tentang pentingnya edukasi ilmiah dalam menghadapi berita yang terkadang membingungkan terkait cuaca dan kesehatan.





