Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jakarta baru-baru ini mengungkapkan potensi besar serta tantangan yang dihadapi dunia bisnis di Indonesia terkait penggunaan kecerdasan buatan (AI). Arif Ilham Adnan, Co-Chairman dari Asosiasi Pemimpin Digital Indonesia, mengungkapkan bahwa dampak AI terhadap efisiensi dan efektivitas proses bisnis terkategori sangat besar. Meskipun tidak memberikan data numerik yang spesifik, Arif menekankan bahwa AI telah banyak diintegrasikan ke dalam proses bisnis berbagai organisasi.
Dalam dunia keuangan, audit, dan operasional, AI telah menjadi alat vital. Contohnya, teknologi AI digunakan dalam pengawasan melalui kamera CCTV yang dilengkapi dengan analitik cerdas. Menurut Arif, kunci dari penerapan AI adalah memperkuat kemampuan manusia, bukan sebaliknya. “AI harus memperbesar kapabilitas, bukan menjadi ancaman terhadap eksistensi tenaga kerja,” ungkapnya.
Namun, penerapan AI juga menghadapi sejumlah tantangan. Pertama adalah biaya yang tergolong tinggi untuk implementasi teknologi ini. Ini menjadi perhatian utama bagi banyak perusahaan, terutama usaha kecil dan menengah yang mungkin tidak memiliki anggaran yang cukup untuk investasi teknologi. Selain biaya, aspek sumber daya manusia (SDM) juga menjadi tantangan yang tidak bisa diabaikan. Menurut Arif, kesiapan SDM di Indonesia dalam menghadapi era AI sangat krusial agar teknologi ini dapat dimanfaatkan secara optimal.
“Literasi digital dan kecakapan terhadap AI harus ditingkatkan di semua lapisan masyarakat,” tegas Arif. Pentingnya literasi ini mencakup pemahaman dasar mengenai cara penggunaan AI dan dampak yang dapat ditimbulkan terhadap pekerjaan dan bisnis. Hal ini bertujuan agar tenaga kerja tidak hanya bisa beradaptasi, tetapi juga memanfaatkan AI sebagai alat kolaborasi dalam meningkatkan efisiensi kerja.
Kadin Jakarta berkomitmen untuk mendorong pengembangan ekosistem digital di kalangan anggotanya. Melalui pelatihan dan pengembangan, serta advokasi kebijakan yang relevan, Kadin berharap dapat menyiapkan SDM yang siap menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang yang diberikan oleh AI. Fokus Kadin juga tercermin dalam upayanya untuk mendorong kedaulatan AI, di mana Indonesia diharapkan tidak hanya menjadi konsumen teknologi, tetapi juga mampu menghasilkan solusi teknologi secara mandiri.
“Dengan adanya kedaulatan AI, ekonomi Indonesia tidak akan terlalu bergantung pada negara lain yang telah lebih dahulu maju dalam penggunaan teknologi ini,” kata Arif. Ia menegaskan bahwa untuk memanfaatkan AI secara maksimal, kualitas dan kuantitas pengembangan sumber daya manusia harus menjadi prioritas.
Dalam konteks ini, pemerintah juga diharapkan berperan aktif dalam menciptakan kebijakan yang mendukung adopsi AI di sektor bisnis. Kerja sama antara sektor publik dan swasta bisa menjadi landasan yang kuat untuk membangun infrastruktur yang dibutuhkan dalam penggunaan AI.
Peningkatan investasi di bidang teknologi, pendidikan tentang AI, dan peningkatan akses ke sumber daya digital harus menjadi bagian dari agenda strategis nasional. Dengan langkah-langkah ini, Indonesia berpotensi menjadi salah satu negara yang mampu bersaing dalam era digital.
AI memang menyuguhkan berbagai peluang untuk memajukan bisnis di tanah air. Namun, tantangan yang ada juga harus disikapi dengan serius agar pengembangan AI di Indonesia dapat berjalan seiring dengan peningkatan kapasitas SDM dan tidak menciptakan ancaman bagi ketenagakerjaan. Semua pihak, baik perusahaan, pemerintah, maupun masyarakat, harus bersinergi untuk menghadapi transformasi digital ini.
