Amerika Serikat (AS) semakin memfokuskan investasi di bidang keamanan siber dengan mengalihkan sekitar 40% dari total investasi besar di sektor tersebut ke perusahaan teknologi siber di Israel. Laporan dari Startup Nation Central (SNC) Israel mengungkapkan bahwa sekitar 60% dari lebih dari 500 perusahaan di sektor keamanan siber di Israel merupakan startup yang berada pada tahap awal. Hal ini menunjukkan potensi besar yang dimiliki Israel dalam industri ini.
Sebanyak 16% dari perusahaan-perusahaan lokal telah mencapai tahap pertumbuhan, angka yang dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan rata-rata 7% untuk industri teknologi lainnya. Menurut laporan tersebut, meskipun perusahaan siber hanya meliputi 75 dari seluruh perusahaan teknologi yang ada di Israel, mereka menyumbang 38% dari total investasi yang masuk pada tahun 2024, sebuah peningkatan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya.
Berdasarkan informasi dari SNC, semakin pentingnya keamanan siber di kalangan internasional diakui oleh CEO SNC, Avi Hasson. Ia menjelaskan bahwa meningkatnya ancaman digital dan perkembangan di bidang komputasi awan serta kecerdasan buatan (AI) mengharuskan negara-negara untuk lebih memperkuat posisi mereka dalam keamanan siber. “Keamanan siber menjadi lebih penting dari sebelumnya,” kata Hasson, yang menekankan ketergantungan dunia pada teknologi digital dan infrastruktur informasi.
Selain itu, data juga mencatat bahwa sekitar 20% perusahaan siber di Israel mempekerjakan antara 51 hingga 200 orang, sementara 11% lainnya memiliki lebih dari 200 karyawan. Proporsi ini menunjukkan bahwa sektor keamanan siber tidak hanya berkembang pesat, tetapi juga menyerap banyak tenaga kerja yang berkualitas.
Namun, tantangan semakin bertambah. Wakil Kepala Pertahanan Siber Israel, Nitzan Amar, melaporkan bahwa Israel mengalami peningkatan serangan siber dari Iran dan Hizbullah hingga 300%. Meskipun demikian, Amar menegaskan bahwa meski terdapat upaya dari musuh, tidak ada serangan yang berhasil membahayakan infrastruktur nasional. “Sejak 7 Oktober, tidak ada serangan yang mampu mengganggu operasional IDF,” ujarnya.
Direktorat Siber Nasional Israel (INCD) juga melaporkan bahwa pada tahun 2024, mereka berhasil mengidentifikasi adanya serangan siber yang dilakukan oleh Iran terhadap sistem pemerintahan Israel dan sekutunya. Ini menegaskan bahwa dimensi ancaman siber global tidak dapat diabaikan, dan kerjasama internasional menjadi sangat penting untuk menghadapi tantangan ini.
Sementara itu, investasi dari Eropa dan Asia menuju Israel cenderung menurun, namun AS telah menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam dua tahun terakhir. Ini menjadi sinyal bahwa AS melihat Israel sebagai mitra strategis dalam menghadapi tantangan keamanan siber global.
Kondisi ini menggambarkan bahwa investasi dalam teknologi keamanan siber tidak hanya menguntungkan secara finansial, tetapi juga merupakan langkah strategis untuk memperkuat pertahanan negara, terutama di tengah meningkatnya risiko ancaman digital. Penguatan sektor keamanan siber di Israel diharapkan dapat menjadi solusi bagi negara tersebut untuk bersaing di pasar keamanan siber global.
Dengan demikian, kolaborasi lebih lanjut antara AS dan Israel di bidang ini diharapkan dapat menghasilkan inovasi yang lebih baik, meningkatkan kestabilan, serta menjaga keamanan di era digital yang terus berkembang ini. Ke depan, dengan berbagai program investasi dan peningkatan pertahanan siber, Israel dapat memperkuat posisinya sebagai pemimpin dalam industri keamanan siber global.
