Bumi Kemungkinan Punya 6 ‘Bulan Mini’, Apa Asal Usulnya?

Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan bahwa Bumi mungkin memiliki enam satelit alami kecil, yang dikenal sebagai ‘bulan mini’, yang pernah mengorbit sebelum akhirnya terlempar keluar dari orbit Bumi dan bergerak mengelilingi matahari. Temuan ini mengundang rasa ingin tahu mengenai asal-usul dan karakteristik objek-objek kecil ini, yang selama ini sulit dideteksi akibat ukuran dan kecepatan geraknya.

Menurut laporan yang dipublikasikan oleh Livescience, bulan mini adalah objek yang terikat temporer dengan Bumi, yang dapat melakukan setidaknya satu revolusi sebelum menjauh. Menuju ke masa lalu, sebagian besar bulan mini diduga berasal dari wilayah sabuk asteroid, antara orbit Mars dan Jupiter. Namun, munculnya bulan mini baru-baru ini, seperti Kamo’oalewa yang terdeteksi pada 2016, menantang pandangan tersebut.

Kamo’oalewa, yang memiliki diameter antara 131 hingga 328 kaki (sekitar 40 hingga 100 meter), ternyata adalah potongan bulan yang terlempar akibat tabrakan yang menciptakan kawah Giordano Bruno sekitar 1 hingga 10 juta tahun lalu. Selain itu, objek yang ditemukan tahun lalu dan disebut 2024 PT5, juga diklasifikasikan lebih mirip dengan bulan ketimbang asteroid. Temuan ini menunjukkan bahwa bulan mungkin sedang melahirkan bulan-bulan kecilnya sendiri.

Tim peneliti yang dipimpin oleh Jedicke kemudian melakukan simulasi untuk menghitung kemungkinan jumlah bulan mini yang mungkin berada di sekitar Bumi. Hasilnya memperkirakan bahwa ada sekitar 6,5 bulan mini yang mungkin pernah ada. Objek-objek ini bersifat sementara dan dapat berfungsi seperti siklus, di mana mereka terus-menerus “diisi ulang” dengan material baru yang terlontar dari bulan. Sebuah minimoon rata-rata mengelilingi Bumi selama sekitar sembilan bulan sebelum menghilang dari orbitnya.

Namun, penting untuk dicatat bahwa ada ketidakpastian yang sangat besar dalam memperkirakan jumlah bulan mini ini. “Ketidakpastiannya berlipat ganda,” kata Jedicke. Berbagai faktor seperti ukuran kawah dari tumbukan dan distribusi material yang terlempar berkontribusi terhadap kerumitan perhitungan ini. Kebanyakan minimoon berukuran kecil, antara 1 hingga 2 meter (3 hingga 7 kaki) dalam diameter, yang membuatnya sulit dideteksi oleh instrumen astronomi.

Dalam retorika yang lebih teknis, penelitian menunjukkan bahwa objek seperti 2020 CD3 hanya terlihat oleh Catalina Sky Survey pada dua dari sekitar 1.000 malam ketika objek tersebut berada dalam jangkauannya. Deteksi yang sporadis ini mengindikasikan tantangan besar bagi astronom untuk mengamati bulan mini. Ketika objek-objek ini akhirnya teridentifikasi, pelacakan ke depannya dapat dilakukan lebih mudah, karena astronom memiliki informasi tentang lokasi dan waktu yang tepat.

Menarik untuk dicatat, studi tentang bulan mini ini tidak hanya memberikan wawasan tentang objek-objek kecil di sekitar Bumi tetapi juga membantu memahami lebih dalam bagaimana tata surya terbentuk dan berevolusi. Menurut Jedicke, memahami puing-puing yang terlempar dari bulan ketika terjadi tumbukan dapat memberikan informasi berharga mengenai potensi dampak dari tumbukan asteroid di Bumi.

Dalam konteks astronomi, fenomena bulan mini ini menjadi cerminan dari dinamika dan interaksi kompleks di dalam tata surya. Meskipun masih ada banyak yang harus dipelajari, studi ini membuka jendela mengenai sejarah terbentuknya Bumi dan bulan kita, serta potensi untuk menemukan lebih banyak objek-objek tak dikenal yang mengelilingi planet kita. Para astronom di seluruh dunia terus melakukan pengamatan untuk lebih memahami dan mendalami kehadiran minimoon dan aspek-aspek lain dari eksplorasi ruang angkasa yang menarik ini.

Berita Terkait

Back to top button