Tim peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil mengubah limbah peternakan menjadi sumber daya yang bernilai tinggi. Melalui penelitian yang dipimpin oleh Prof. Ambar Pertiwiningrum, bersama sejumlah rekan dari Fakultas Peternakan dan Biologi, mereka memanfaatkan bio-slurry—limbah cair dari produksi biogas—sebagai media kultivasi mikroalga Euglena sp. IDN 22. Penemuan ini tidak hanya menawarkan peluang ekonomi baru, tetapi juga solusi konkret untuk masalah lingkungan yang dihadapi saat ini.
Bio-slurry yang kaya akan nutrisi penting seperti nitrogen, fosfor, dan kalium, diperlukan untuk pertumbuhan mikroalga. Dengan menggunakan bio-slurry, petani dapat mengurangi, atau bahkan menghindari, penggunaan pupuk kimia sintetis. Hal ini berpotensi menurunkan biaya operasional dalam budidaya mikroalga secara signifikan. Menurut Prof. Ambar, "Integrasi pemanfaatan bio-slurry dengan kultivasi mikroalga membawa dua keuntungan besar: dari sisi ekonomi dan lingkungan."
Manfaat Lingkungan dari Pengelolaan Limbah
Limbah cair dari peternakan biasanya kaya akan nitrogen dan fosfat yang dapat memicu eutrofikasi jika dibuang sembarangan ke perairan. Dengan menjadikan bio-slurry sebagai media tumbuh mikroalga, nutrisi tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal, sehingga volume limbah berkurang. Selain itu, mikroalga berperan aktif dalam menyerap karbon dioksida dan menekan emisi gas rumah kaca, seperti metana dan nitrous oxide. Ini sejalan dengan konsep ekonomi sirkular dan pembangunan berkelanjutan.
Ambar menjelaskan bahwa pendekatan ini menghilangkan kebutuhan akan bahan kimia sintetis tambahan, karena bio-slurry digunakan dalam bentuk alaminya. "Ini berarti tidak ada pencemaran sekunder yang ditimbulkan," tambahnya.
Tantangan dalam Penerapan Teknik Ini
Meskipun potensi pemanfaatan bio-slurry sangat besar, saat ini produksi biomassa mikroalga oleh petani di Indonesia masih terbatas. Inisiatif yang ada masih sebatas proyek kecil oleh akademisi, startup bioteknologi, atau program pemberdayaan masyarakat. Salah satu kendala utama yang dihadapi adalah kurangnya pengetahuan teknis di kalangan petani, serta akses pasar untuk pemasaran produk mikroalga yang masih terbatas.
Tim peneliti UGM kini berfokus pada penelitian lanjutan untuk menemukan komposisi bio-slurry yang paling optimal, dengan memperhatikan rasio karbon dan nitrogen yang memengaruhi pertumbuhan mikroalga. Langkah ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru bagi petani dan mengembangkan metode yang lebih efisien dalam budidaya mikroalga.
Jalan Menuju Inovasi yang Berkelanjutan
Penelitian ini membuktikan bahwa pengelolaan limbah lebih dari sekadar upaya mengurangi sampah. Ini juga membuka jalan menuju inovasi yang bermanfaat, baik untuk ekonomi maupun lingkungan. Limbah yang dulunya dianggap tidak berharga kini dipandang sebagai "harta karun" hijau yang bisa menjanjikan masa depan yang lebih baik.
Dalam cahaya keberhasilan ini, UGM menunjukkan bahwa pengelolaan limbah dapat menjadi langkah penting menuju keberlanjutan. Temuan ini telah diterbitkan di Journal of Ecological Engineering tahun 2025, menandakan bahwa penelitian ini telah mendapatkan pengakuan di tingkat internasional. Dengan kolaborasi yang solid antara akademisi, pemerintah, dan masyarakat, upaya ini dapat dioptimalkan untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan ekonomi yang lebih berkelanjutan di Indonesia.
