
Simpanse, sebagai kerabat terdekat manusia dalam dunia hewan, kini menjadi sorotan setelah munculnya klaim bahwa primata ini memiliki kemampuan berbicara layaknya manusia. Penelitian terbaru oleh tim ilmuwan dari KTH Royal Institute of Technology, yang dipimpin oleh Axel Ekström, menunjukkan bahwa simpanse dapat meniru kata-kata seperti “mama,” sebuah penemuan yang menantang pemahaman konvensional tentang komunikasi primata.
Dalam sebuah studi yang dipublikasi di Scientific Reports, para peneliti menelaah beberapa rekaman video simpanse yang menunjukkan vokalisasi yang mirip dengan kata-kata manusia. Mereka memperdebatkan bahwa selama ini, asumsi yang menyatakan bahwa simpanse tidak dapat menggabungkan suara dan gerakan rahang secara sukarela adalah keliru. Menurut analisis ini, hipotesis sebelumnya tentang “mata rantai yang hilang” dalam komunikasi vokal simpanse terbukti tidak ada.
Dari dua simpanse yang diteliti, tim menemukan bahwa keduanya mampu mengeluarkan suara yang terdengar seperti “mama,” yang merupakan salah satu kata pertama yang sering dikaitkan dengan kemampuan berbicara manusia. Ekström menambahkan bahwa suara ini memiliki bunyi ‘m’ yang mudah diucapkan, dan bisa ditemukan dalam banyak bahasa di seluruh dunia. Keterampilan ini sebenarnya menyoroti potensi vokal simpanse yang selama ini diabaikan.
Dalam konteks ini, simpatisme genetik antara manusia dan simpanse pun mencolok, dengan simpanse memiliki 98,5 persen DNA yang sama dengan manusia. Jika mempertimbangkan gen aktif, kesamaan ini meningkat menjadi lebih dari 99 persen, menekankan betapa dekatnya hubungan evolusi kita dengan primata ini.
Selain itu, studi tersebut juga mengamati klip rekaman lainnya, termasuk simpanse bernama Johnny yang berada di Suaka Primata di Florida. Johnny tampaknya sering memanggil orang-orang di sekitarnya dengan sebutan “Mama.” Penelitian ini mendorong kita untuk mengeksplorasi lebih dalam tentang kecerdasan vokal simpanse yang pernah dianggap tidak mungkin.
Bagaimana perubahan ini memengaruhi pemahaman tentang simpanse dan manusia? Penelitian ini memungkinkan kita untuk merefleksikan kembali sistem komunikasi neurologis kita yang mungkin lebih tua dari yang dibayangkan sebelumnya, mengingat bahwa simpanse dan manusia memiliki nenek moyang yang sama jutaan tahun silam. Walaupun di alam liar simpanse cenderung berkomunikasi melalui gerakan dan vokalisasi, studi ini menunjukkan bahwa vokalisasi mereka jauh lebih kompleks dan canggih daripada yang diketahui selama ini.
Faktanya, penelitian yang dilakukan sebelumnya sering kali terpengaruh oleh kondisi etis yang meragukan. Banyak hewan yang digabungkan ke dalam penelitian diharuskan hidup dalam kondisi tidak alami, yang dapat memengaruhi kemampuannya untuk menunjukkan kecerdasan dan keterampilan vokal mereka secara maksimal. Ekström juga menekankan bahwa upaya untuk tidak memanusiakan hewan justru dapat merugikan, karena dapat menyebabkan peneliti meremehkan potensi simpanse.
Dalam penelitian ini, para peneliti berusaha memperbaiki kesalahan yang terjadi selama lima dekade terakhir. Mereka berpendapat bahwa misinterpretasi ini bukanlah kesalahan simpanse, melainkan kesalahan para penelitinya. Dengan munculnya bukti baru, semoga ke depannya kita dapat lebih memahami bukan hanya perilaku simpanse, tetapi juga hubungan kita dengan makhluk luar biasa ini.
Dengan semakin jelasnya kemampuan komunikasi simpanse, perhatian terhadap perlindungan dan kesejahteraan hewan ini menjadi semakin penting. Keterampilan yang mereka tunjukkan bukan hanya mencerminkan kecerdasan, tetapi juga menciptakan jembatan yang lebih dalam antara manusia dan simpanse sebagai bagian dari warisan evolusi kita yang sama. Penelitian lebih lanjut diharapkan mampu memberikan wawasan baru tentang kehidupan dan sifat primata ini.





