Para ilmuwan dari Universitas Chili baru-baru ini menemukan fosil mamalia kecil berusia 74 juta tahun yang disebut Yeutherium pressor. Temuan ini menjelaskan tentang spesies yang hidup pada Zaman Kapur Akhir, tepat sebelum kepunahan massal yang menghapus dinosaurus dari muka Bumi. Fosil tersebut ditemukan di Lembah Rio de Las Chinas, wilayah Magallanes, Chili, yang terletak sekitar 3.000 kilometer dari Santiago.
Fosil yang ditemukan terdiri dari bagian tengkorak, termasuk rahang atas dan geraham. Hans Puschel, seorang ilmuwan yang terlibat dalam penelitian, menyatakan, "Yang kami temukan adalah sisa-sisa bagian tengkorak, di mana terdapat geraham kecil yang informatif." Penemuan ini memberikan wawasan baru tentang bagaimana mamalia berevolusi pada masa yang bersamaan dengan dinosaurus.
Yeutherium pressor, yang seukuran tikus domestik, diperkirakan memiliki berat antara 30 hingga 40 gram. Mamalia ini berpotensi memiliki perilaku bertelur seperti platipus atau melahirkan anak dalam kantong seperti kanguru atau oposum. Puschel menjelaskan, "Bentuk giginya menunjukkan bahwa ia kemungkinan besar memakan sayuran yang relatif keras." Penemuan ini menjadi hal penting, karena ini merupakan spesies mamalia ketiga dari Zaman Dinosaurus yang ditemukan di Chili.
Penelitian di lokasi penemuan ini dimulai lebih dari dua belas tahun yang lalu. Para ilmuwan berharap untuk menemukan fosil-fosil berharga lainnya yang dapat memberikan informasi lebih dalam mengenai kehidupan mamalia di era tersebut. Dengan semakin banyaknya temuan yang dilakukan, studi tentang evolusi mamalia di zaman Dinosaurus diharapkan dapat berkembang dengan baik.
Fosil ini menegaskan pentingnya Chili sebagai lokasi arkeologi, khususnya dalam konteks penemuan fosil mamalia. Sejarah geologis wilayah tersebut yang beragam mendorong penelitian yang mendalam mengenai kehidupan masa lalu. Penemuan ini tidak hanya menambah koleksi ilmiah, tetapi juga menjadi potensi untuk penggalian yang lebih luas di masa depan.
Kesadaran akan pentingnya mamalia dalam ekosistem pada waktu itu menunjukkan bahwa besarnya kepunahan tidak hanya memengaruhi spesies besar seperti dinosaurus. Bahkan mamalia kecil seperti Yeutherium pressor juga berkontribusi dalam ekosistem yang kompleks di waktu itu. Dengan penemuan ini, ilmuwan dapat lebih memahami bagaimana mamalia mulai berevolusi menjadi spesies yang kini ada, termasuk dalam konteks ekologi dan adaptasi di zaman yang begitu berbeda.
Dari hasi penemuan ini, terlihat bahwa walau banyak spesies besar, ada juga peran penting yang dimainkan oleh mamalia kecil di latar belakang sejarah bumi. Dengan kemampuannya untuk beradaptasi, mamalia ini menunjukkan betapa dinamis dan kompleksnya ekosistem pada waktu itu. Penemuan ini sangat berarti dalam pemahaman kita akan evolusi dan penyebaran mamalia di seluruh Bumi.
Penemuan fosil Yeutherium pressor menciptakan peluang untuk melanjutkan penelitian lebih lanjut dan menjelajahi misteri lainnya dari zaman prasejarah. Dengan teknologi dan metode baru, para ilmuwan diharapkan dapat menemukan lebih banyak informasi tentang bagaimana para mamalia ini berinteraksi dengan lingkungan mereka. Temuan ini sekaligus mengingatkan kita tentang keterhubungan antara spesies yang pernah mendominasi bumi dan bagaimana perubahan lingkungan dapat berdampak besar bagi keberlangsungan hidup berbagai spesies.





