Lulusan Apple Developer Academy di Indonesia semakin menunjukkan eksistensinya dengan menciptakan aplikasi inovatif yang tidak hanya memenuhi kebutuhan sosial, tetapi juga membantu kelompok difabel di masyarakat. Salah satu karya terobosan yang muncul adalah aplikasi PetaNetra, yang dirancang khusus untuk membantu tunanetra menavigasi ruang publik dengan lebih mudah dan aman.
Yafonia Hutabarat, pengembang dan co-founder PetaNetra serta alumni dari Apple Developer Academy, menjelaskan bahwa ada sekitar 14,3 juta tunanetra di Indonesia, berdasarkan data Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas pada tahun 2022. Munculnya aplikasi ini merupakan respons terhadap tantangan besar yang dihadapi para tunanetra, terutama minimnya infrastruktur yang mendukung mobilitas mereka, seperti ubin taktil yang sering kali kurang memadai. “Kita merasa problem ini sangat urgent untuk ditangani, jadi kami mencoba untuk membuat PetaNetra,” ungkap Yafonia dalam sesi diskusi di Apple Developer Academy Bali.
PetaNetra memanfaatkan teknologi Augmented Reality (AR) dan Artificial Intelligence (AI) untuk memberikan navigasi yang tepat. Pengguna diharuskan memetakan suatu lokasi terlebih dahulu, termasuk menandai titik-titik penting seperti toilet dan loket. Dengan data ini, aplikasi akan menghasilkan rute aman untuk membantu tunanetra bergerak dari satu titik ke titik lainnya. Saat ini, PetaNetra telah diterapkan di sejumlah lokasi, termasuk Perpustakaan Taman Ismail Marzuki dan baru-baru ini juga di Taiwan, seperti di National Cheng Kung University dan Tainan City Hall.
Tidak hanya PetaNetra, lulusan Apple Developer Academy juga telah menciptakan aplikasi lain yang berdampak bagi anak-anak. Salah satunya adalah Chamelure, yang dikhususkan untuk anak-anak dengan Amblyopia atau lazy eye. Ruanth Thÿssen, mentor di Apple Developer Academy Bali, menjelaskan bahwa aplikasi ini menggunakan kacamata 3D yang biasanya dipakai di bioskop untuk mendeteksi dan melatih penglihatan anak-anak sejak dini.
Keberadaan Apple Developer Academy di Indonesia, yang resmi dibuka pada tahun 2018, bertujuan untuk menginspirasi generasi muda dalam pengembangan aplikasi dan entrepreneurship di bidang teknologi. Program ini berlangsung selama 10 bulan dan mencakup semua aspek, mulai dari dasar pemrograman hingga manajemen proyek. Kurikulum yang diterapkan mendorong peserta untuk menyelesaikan tantangan nyata yang dihadapi masyarakat, termasuk masalah sosial dan lingkungan.
Mentor Ben Chandra menekankan pentingnya kontribusi alumni terhadap masyarakat. Para lulusan tidak hanya bekerja di perusahaan teknologi besar, tetapi juga menciptakan aplikasi yang dapat digunakan oleh ribuan hingga jutaan orang. “Mereka berkontribusi untuk mempermudah hidup seseorang melalui aplikasi yang mereka ciptakan,” ujarnya.
Setiap akademi, termasuk yang ada di Bali, memiliki karakteristik tersendiri dan sering kali fokus pada proyek yang relevan dengan isu lokal. Angkatan pertama Apple Developer Academy di Bali terdiri dari lebih dari 100 peserta dari 32 kota di Indonesia. Banyak diantara mereka adalah warga Bali yang dijadwalkan lulus pada Desember 2025.
Inovasi yang dihasilkan oleh lulusan Apple Developer Academy menunjukkan potensi besar teknologi dalam meningkatkan kualitas hidup bagi individu dengan kebutuhan khusus. Dengan aplikasi seperti PetaNetra dan Chamelure, terlihat jelas bahwa teknologi tidak saja menjadi alat, tetapi juga solusi bagi tantangan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Tindakan nyata ini diharapkan akan memotivasi lebih banyak pengembang muda untuk menciptakan solusi bermanfaat bagi masyarakat.





