Perubahan iklim yang dipicu oleh siklus La Nina kini menjadi ancaman serius bagi stabilitas lahan di Australia, berpotensi merusak rumah dan infrastruktur. Studi terbaru dari University of South Australia (UniSA) menunjukkan bahwa hujan lebat yang disebabkan oleh La Nina meningkatkan risiko pengembangan dan penyusutan pada tanah liat, yang berakibat pada kerusakan fondasi bangunan, pipa, dan jalan.
Penelitian ini menganalisis data curah hujan dan iklim selama lebih dari 100 tahun. Temuan menunjukkan tren siklus La Nina yang sering terjadi pada akhir abad ke-20, mengalami penurunan, dan kini meningkat lagi dalam dua dekade terakhir. Siklus ini berperan besar dalam memicu berbagai kondisi cuaca ekstrem, termasuk hujan berkepanjangan yang menyebabkan tanah menjadi tidak stabil.
Tanah liat, yang umum ditemui di banyak wilayah Australia, memiliki sifat unik. Ia mengembang saat basah dan menyusut ketika kering, menyebabkan pergerakan tanah yang teramat besar. Hal ini berdampak langsung pada struktur bangunan dan infrastruktur. “Bahkan perubahan kecil dalam siklus iklim dapat menyebabkan keretakan, penurunan tanah, atau biaya perbaikan yang tinggi,” tegas Profesor Simon Beecham, salah satu penulis studi tersebut.
Fenomena La Nina ini semakin dikhawatirkan mengingat masa lalu Australia yang pernah mengalami Kekeringan Milenium dari 1997 hingga 2009. Selama periode tersebut, banyak rumah dibangun tanpa mempertimbangkan potensi risiko yang ditimbulkan oleh pergeseran tanah setelah hujan kembali melanda. Akibatnya, ribuan rumah mengalami kerusakan ketika tanah di bawahnya mengembang dijadikan lahan untuk pembangunan.
Dampak dari siklus La Nina tidak hanya dirasakan oleh wilayah tertentu saja. Menurut hasil penelitian, efek tersebut dapat meluas ke banyak kawasan, mempengaruhi stabilitas bangunan di hampir seluruh Australia. Hal ini menjadi perhatian serius mengingat realitas bahwa, sejauh ini, perubahan tersebut tidak mendapat cukup perhatian dalam perencanaan pembangunan.
Adanya peningkatan frekuensi La Nina menjadi sinyal penting bagi para pembuat kebijakan dan profesional di bidang konstruksi. Diperlukan upaya segera untuk memasukkan risiko perubahan iklim dalam strategi pembangunan. Ini mencakup adopsi teknologi dan bahkan prosedur baru untuk mengevaluasi dan merancang bangunan yang lebih tahan terhadap perubahan kondisi tanah akibat siklus iklim.
Dengan data yang menunjukkan perubahan cuaca yang drastis, sudah saatnya untuk menyusun langkah-langkah mitigasi. Penelitian ini, yang dipublikasikan dalam Journal of Environmental Management, tidak hanya menyajikan data statistik, tetapi juga menjadi panggilan untuk tindakan kolektif. Penanganan yang komprehensif tentang dampak perubahan iklim harus menjadi bagian integral dari kebijakan pembangunan untuk mencegah krisis yang lebih besar di masa depan.
Keterlibatan masyarakat dan pemangku kepentingan dalam menghadapi isu ini sangat diperlukan. Edukasi tentang potensi risiko juga harus diperluas. Para pemilik rumah, pengembang, dan pihak berwenang perlu bekerja sama untuk memastikan bahwa bangunan yang didirikan tidak hanya memenuhi standar saat ini, tetapi juga tahan terhadap berbagai kemungkinan yang ditimbulkan oleh perubahan cuaca di masa yang akan datang.
Perubahan iklim dan kebijakan pembangunan yang berkelanjutan harus beriringan, agar generasi mendatang dapat hidup dalam lingkungan yang aman dan stabil. Selain itu, pemantauan dan penelitian berkelanjutan akan sangat penting untuk memahami interaksi antara siklus iklim dan kondisi tanah di Australia.
