Percakapan antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Tiongkok Xi Jinping baru-baru ini menjadi sorotan publik ketika mereka membahas potensi hidup manusia hingga usia 150 tahun. Diskusi ini terjadi saat parade militer di Beijing yang disiarkan langsung oleh CCTV, menarik perhatian miliaran penonton di seluruh dunia. Dalam percakapan tersebut, Putin menyatakan keyakinannya bahwa kemajuan dalam transplantasi organ memungkinkan manusia untuk hidup lebih lama, bahkan berpotensi mencapai keabadian. “Organ manusia dapat terus ditransplantasikan. Semakin lama Anda hidup, semakin muda Anda, bahkan bisa mencapai keabadian,” ungkapnya.
Xi Jinping pun menambahkan bahwa ada optimisme di kalangan ilmuwan tentang kemungkinan manusia hidup hingga 150 tahun pada abad ini. “Ada yang memperkirakan bahwa pada abad ini manusia dapat hidup sampai 150 tahun,” ucap Xi. Harapan ini merujuk pada kemajuan teknologi medis yang terus berkembang, meski realisasinya masih dipertanyakan oleh banyak ahli.
Diskusi ini melibatkan perdebatan yang lebih luas mengenai kemampuan teknologi medis saat ini. Untuk mencapai umur panjang seperti yang dibayangkan oleh Putin dan Xi, sejumlah tantangan harus dihadapi. Menurut beberapa ahli, transplantasi organ saat ini masih terhambat oleh sejumlah faktor, antara lain keterbatasan donor dan tingkat kegagalan transplantasi. Di Amerika Serikat, misalnya, rata-rata 13 pasien meninggal setiap hari karena menunggu organ yang sesuai.
Meskipun ada kemajuan dalam penelitian medis, seperti proyek yang dilakukan oleh Yale yang berhasil menghidupkan kembali sel-sel otak babi, para ilmuwan mengingatkan bahwa menjaga kesadaran dan fungsi otak masih menjadi masalah yang rumit. Penelitian lain tentang pengembangan “bodyoid” — bagian tubuh yang diciptakan dari sel punca — juga diharapkan bisa menjadi solusi, namun masih dianggap sebagai konsep yang belum matang dan lebih mirip fiksi ilmiah.
Putin dan Xi, yang kini berusia 72 tahun, tentunya memiliki alasan pribadi untuk lebih memperhatikan potensi teknologi yang dapat memperpanjang usia. Namun, para pakar sains tetap bersikeras bahwa keabadian masih merupakan target yang jauh dari jangkauan manusia, bahkan bagi individu berpengaruh sekalipun. Saat ini, harapan akan hidup lebih lama masih terikat pada banyak pertanyaan etis dan praktis.
Diskusi ini juga mencerminkan keinginan dua pemimpin dunia untuk mengeksplorasi semua kemungkinan dalam sains dan teknologi, serta efeknya terhadap masyarakat global. Mereka berdua meyakini bahwa melalui investasi dan penelitian, akan ada terobosan yang membawa manfaat besar bagi umat manusia.
Meskipun tema diskusi ini menarik perhatian, banyak skeptisisme juga muncul dari kalangan ilmiah. Sejumlah pakar mengingatkan bahwa harapan untuk hidup hingga 150 tahun seharusnya tidak mengabaikan fakta-fakta yang ada. Progres dalam bidang kesehatan memang penting, tetapi tantangan besar akan selalu ada, baik dari sisi ilmuwan maupun dari sisi moralitas dan etika.
Kehadiran pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dalam acara tersebut menambah dimensi lain. Meskipun tidak terlibat langsung dalam percakapan itu, kehadirannya menunjukkan bagaimana isu umur panjang ini menarik perhatian berbagai pihak dalam konteks politik global.
Dengan berbagai tantangan yang ada, diskusi mengenai umur panjang dan keabadian ini akan tetap menjadi topik yang relevan. Ketika teknologi terus berkembang, akses terhadap penanganan kesehatan yang lebih baik pun akan menjadi semakin penting, tidak hanya untuk pemimpin dunia, tetapi bagi seluruh umat manusia. Di saat yang sama, penting untuk mengingat bahwa meskipun harapan ada, kenyataan masih memerlukan waktu untuk terwujud.
