Laporan terbaru yang dirilis oleh World Meteorological Organization (WMO), sebuah lembaga di bawah PBB, menunjukkan bahwa lapisan ozon Bumi berada pada jalur pemulihan penuh pada pertengahan abad ini. Laporan ini diumumkan bertepatan dengan Hari Internasional Perlindungan Lapisan Ozon, menggarisbawahi kemajuan signifikan dalam usaha global melindungi atmosfer dari bahan perusak ozon.
Sekretaris Jenderal PBB António Guterres menekankan bahwa pemulihan ozon adalah hasil nyata dari kolaborasi internasional dan penerapan Protokol Montreal, yang diberlakukan untuk menghentikan penggunaan senyawa kimia berbahaya seperti Chloro Fluoro Carbon (CFC) dan Hydro Chloro Fluoro Carbon (HCFC). “Empat puluh tahun lalu, negara-negara bersatu melindungi lapisan ozon. Hari ini, kita melihat hasilnya: lapisan ozon sedang sembuh,” ungkap Guterres dalam pernyataannya.
WMO melaporkan penurunan ukuran lubang ozon pada tahun 2024 dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Meskipun faktor alami berperan dalam mengurangi penipisan, analisis jangka panjang menunjukkan tren positif yang optimis. Data ini diharapkan dapat menggembirakan banyak pihak, terutama karena lapisan ozon berfungsi sebagai pelindung dari sinar ultraviolet yang berbahaya.
Pengetahuan akan dampak negatif dari senyawa berbahaya ini pada lapisan ozon telah ada sejak 1970-an. Ketika para ilmuwan menemukan bahwa CFC dan HCFC dapat merusak molekul ozon, langkah-langkah internasional segera diambil. Konvensi Wina (1985) dan Protokol Montreal (1987) menjadi titik tolak sejarah dalam upaya perlindungan atmosfer. Saat ini, lebih dari 99 persen produksi dan konsumsi bahan perusak ozon telah dihentikan secara global.
Pemulihan lapisan ozon tidak terjadi secara seragam di seluruh dunia. Wilayah-wilayah tertentu, seperti kutub, mengalami proses pemulihan yang lebih lambat. Proyeksi menunjukkan bahwa lubang ozon di Arktik dapat tertutup sepenuhnya pada tahun 2045, sementara di Antartika baru mungkin akan pulih pada tahun 2066. Meskipun demikian, penurunan ukuran lubang ozon di atas Antartika memberikan harapan akan pemulihan yang lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya.
Namun, tantangan tetap ada. Perubahan iklim dan keberadaan senyawa hidrofluorokarbon (HFC), yang merupakan pengganti CFC dan HCFC, menjadi perhatian baru. Walaupun HFC tidak merusak ozon secara langsung, gas ini dapat menyebabkan pemanasan global yang sangat signifikan. Para ilmuwan memperingatkan bahwa kebijakan lingkungan yang tidak konsisten atau kejadian ekstrim yang berkaitan dengan iklim dapat memperlambat proses pemulihan.
Guterres menegaskan bahwa keberhasilan perlindungan lapisan ozon menunjukkan bagaimana diplomasi berbasis sains dapat membawa hasil yang signifikan. “Keberhasilan menyelamatkan lapisan ozon memberi kita pelajaran penting: ketika dunia bergerak bersama, kita bisa memperbaiki kerusakan yang kita buat,” tambahnya.
Dengan bukti yang ada, komunitas internasional diharapkan untuk terus berkomitmen dalam menjalankan kebijakan dan inovasi yang berbasis sains. Sekiranya tren positif terus berlanjut, lapisan ozon dapat mencapai kondisi yang mirip dengan era 1980-an pada pertengahan abad ini. Kisah ini tidak hanya menjadi berita baik bagi lingkungan, tetapi juga menjadi inspirasi bagi upaya menghadapi tantangan iklim yang masih tersisa.
Dengan adanya kemajuan ini, perhatian global kini beralih kepada kelanjutan perkembangan pemulihan lapisan ozon. Keberhasilan ini menciptakan harapan bahwa tantangan lingkungan lain juga dapat ditangani melalui kerja sama yang solid dan penggunaan ilmu pengetahuan. Jika target-target pemulihan dapat tercapai, kisah perjuangan lapisan ozon bisa menjadi model sukses dalam sejarah perlindungan lingkungan.
