
Penemuan terbaru mengenai kebiasaan berciuman di masyarakat kuno mengungkap bukti bahwa praktik ini sudah ada sejak 4.500 tahun lalu. Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Science menggambarkan temuan dari teks-teks kuno di Mesopotamia yang membuktikan bahwa berciuman bukan hanya sekadar tindakan yang romantis, tetapi juga telah menjadi bagian penting dari interaksi sosial di masa itu.
Para peneliti menemukan tablet tanah liat yang berisi berbagai deskripsi tentang ciuman, menunjukkan bahwa pada zaman tersebut, ciuman dianggap sebagai simbol keintiman dalam berbagai hubungan, termasuk persahabatan dan hubungan keluarga. Selama ini, hipotesis yang ada mengklaim bahwa bukti berciuman pertama kali berasal dari India kuno pada tahun 1.500 SM. Namun, penemuan ini menggeser waktu asal-usul praktik tersebut hingga seribu tahun lebih awal.
Dr. Arbøll, salah satu peneliti yang terlibat dalam studi ini, menjelaskan bahwa ribuan tablet yang masih ada saat ini memberikan gambaran jelas tentang bagaimana ciuman dihargai dalam masyarakat kuno tersebut. "Berciuman tidak hanya sebuah tradisi yang muncul dari satu lokasi, tetapi telah dipraktikkan secara luas di berbagai budaya selama ribuan tahun," ujarnya.
Penyebaran Penyakit Melalui Ciuman
Penelitian ini juga mencatat dampak lain dari kebiasaan berciuman di masyarakat kuno, yaitu kemungkinan penyebaran penyakit yang ditularkan melalui mulut. Teks-teks Mesopotamia menunjukkan adanya deskripsi penyakit dengan gejala yang mirip dengan herpes simpleks 1, yang menyebabkan luka dingin. Dr. Arbøll menambahkan, "Banyak teks medis dari Mesopotamia mencatat gejala yang sejalan dengan infeksi yang kita kenal sekarang, termasuk penyakit yang disebabkan oleh virus dan bakteri."
Pentingnya temuan ini terletak pada fakta bahwa praktik berciuman tidak hanya berkaitan dengan aspek romantis, tetapi juga berpotensi membawa dampak kesehatan. Dengan kata lain, ciuman dapat berfungsi sebagai sarana penyebaran penyakit di antara individu, menciptakan jembatan antara perilaku sosial dan kesehatan masyarakat yang masih relevan hingga saat ini.
Ciuman Dalam Konteks Biologis
Penelitian lain menunjukkan bahwa beberapa spesies primata seperti bonobo juga diketahui melakukan ciuman dengan tujuan romantis. Sementara itu, simpanse melakukan ciuman dalam konteks platonis. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku berciuman mungkin sudah menjadi bagian dari interaksi sosial manusia selama ribuan tahun, berakar pada interaksi biologis terdekat kita.
Ciuman sebagai ekspresi kasih sayang dan keintiman tampaknya telah memiliki makna yang dalam dalam sejarah umat manusia. Dalam berbagai komunitas, praktik ini disambut dan dinilai sebagai bentuk afeksi, memperkuat ikatan antar anggota kelompok, serta mengungkapkan perasaan yang lebih dalam.
Menelusuri Jejak Sejarah Ciuman
Dengan penemuan ini, peneliti berharap dapat membuka cakrawala baru dalam memahami dinamika sosial di masyarakat kuno. Melihat bagaimana berciuman telah menjadi bagian dari interaksi sehari-hari memberi wawasan tentang nilai-nilai budaya pada masa itu.
Dengan semakin banyaknya tablet yang ditemui dari periode Mesopotamia, studi seperti ini akan terus mengungkap aspek-aspek kehidupan manusia purba yang sebelumnya tidak diketahui. Keberadaan artefak-artefak tersebut berkontribusi pada pemahaman kita tentang bagaimana manusia berinteraksi, tidak hanya dalam konteks romantis tetapi juga dalam hubungan sosial yang lebih luas.
Informasi ini membuka kemungkinan investigasi lebih lanjut tentang benang merah antara ciuman dan kesehatan, serta bagaimana praktik ini mungkin berlanjut dan beradaptasi hingga ke era modern saat ini. Praktik yang tampaknya sepele ini, dapat menjadi jendela untuk memahami kompleksitas hubungan manusia sepanjang sejarah.





