Bagaimana Lautan Berada di Bumi Terkuak: Penjelasan Ilmiah Terbaru

Para peneliti dari Jepang baru-baru ini mengungkapkan temuan yang mengguncang pemahaman kita tentang asal usul lautan di Bumi. Melalui penelitian yang dilakukan pada asteroid induk Ryugu, mereka menemukan bahwa benda langit ini menyimpan air dalam bentuk es selama miliaran tahun. Penemuan ini menantang teori-teori sebelumnya terkait bagaimana lautan di planet kita terbentuk.

Asteroid Ryugu, yang merupakan objek dekat Bumi, telah menjadi fokus studi setelah pesawat ruang angkasa Hayabusa2 milik Badan Eksplorasi Dirgantara Jepang berhasil mengumpulkan sampel darinya. Penelitian ini dipimpin oleh Tsuyoshi Iizuka, seorang profesor madya kosmokimia di Universitas Tokyo. Hasil analisis menunjukkan bahwa es di Ryugu telah ada lebih lama dari yang diperkirakan oleh para ahli, menandakan bahwa asteroid tersebut mungkin telah mengirimkan air ke Bumi dalam jumlah yang lebih besar daripada yang diduga sebelumnya.

Sebelumnya, ilmuwan mengira bahwa asteroid berkarbon berfungsi sebagai pengirim air dalam bentuk mineral terhidrasi, tetapi penemuan baru ini menunjukkan bahwa Ryugu juga membawa es. Peneliti memperkirakan bahwa jumlah air yang dibawa asteroid ini bisa mencapai dua hingga tiga kali lebih banyak, setara dengan 60 hingga 90 kali massa lautan Bumi. Para ahli menjelaskan bahwa sekitar 4,56 miliar tahun yang lalu, asteroid Ryugu terbentuk dalam kondisi yang kaya akan karbon dan air di pinggiran tata surya.

Dalam penelitian ini, penanggalan isotop sampel dari Ryugu menunjukkan adanya tabrakan dengan benda langit lain. Pada saat itu, es di dalam asteroid mencair dan menguap. Hal ini menyebabkan kesimpulan awal bahwa usia sampel tersebut lebih tua daripada tata surya, lebih tepatnya 4,8 miliar tahun. “Kami menemukan bahwa Ryugu menyimpan catatan aktivitas air yang murni, bukti bahwa cairan bergerak melalui bebatuannya jauh lebih lambat dari yang kami duga,” kata Iizuka.

Mereka juga mengungkap fakta menarik, yaitu sekitar 6 persen dari materi Bumi terdiri dari material asteroid seperti Ryugu. Dengan demikian, total air yang dikirim ke Bumi bisa mencapai 1,8 persen dari massa planet. Penemuan ini menunjukkan bahwa air di asteroid bisa bertahan lebih lama dan tidak menghilang dengan cepat seperti yang diperkirakan sebelumnya.

Iizuka menambahkan, “Gagasan bahwa objek-objek seperti Ryugu dapat bertahan di atas es begitu lama sungguh luar biasa. Hal ini menunjukkan bahwa unsur-unsur penyusun Bumi jauh lebih basah daripada yang kita bayangkan.” Temuan ini tak hanya menambah pemahaman kita tentang asal usul lautan, tetapi juga memaksa para ilmuwan untuk merenung kembali tentang kondisi awal sistem air di planet kita.

Pertanyaan selanjutnya yang muncul adalah kemana perginya air tersebut. Iizuka dan timnya berencana untuk menyelidiki lebih lanjut mengenai jumlah air yang mungkin terlepas ke luar angkasa saat pembentukan Bumi, serta berapa banyak yang tetap berada di inti dan permukaan planet. Penelitian ini memiliki potensi untuk memperjelas bagaimana dan kapan Bumi menjadi layak huni, serta bagaimana air berperan dalam menciptakan lingkungan yang mendukung kehidupan.

Dengan penemuan ini, ilmu pengetahuan mengenai asal-usul air di Bumi mengalami kemajuan yang signifikan, memberikan wawasan baru tentang sejarah planet kita. Dalam konteks penelitian yang lebih luas, hasil studi ini dapat membantu menjawab beberapa pertanyaan mendasar tentang keberadaan dan evolusi air di seluruh tata surya. Ke depan, pemahaman yang lebih baik tentang lautan bumi tidak hanya akan menjelaskan kondisi planet kita saat ini, tetapi juga memberikan panduan untuk memahami potensi kehidupan di planet lain.

Berita Terkait

Back to top button