Sesar Lembang adalah salah satu fokus perhatian di kawasan Bandung Raya terkait potensi ancaman gempa besar yang dapat terjadi kapan saja. Rekahan pada kerak bumi ini diakibatkan oleh pergerakan lempeng tektonik, dengan bagian timur sesar yang terbentuk lebih dulu dibandingkan bagian lainnya. Menurut Mudrik R. Daryono, peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), pergeseran batuan di jalur ini mencatat kecepatan antara 1,9 hingga 3,4 milimeter per tahun. Meskipun tampak kecil, akumulasi pergerakan ini dapat berada pada level yang berisiko dan menyebabkan gempa bumi signifikan jika terus berlanjut selama ratusan tahun.
Melalui penelitian paleoseismologi, ilmuwan menemukan bahwa di salah satu segmen Sesar Lembang terjadi pergeseran setinggi 40 sentimeter, mengindikasikan bahwa dalam sejarahnya telah terjadi gempa dengan magnitudo antara 6,5 hingga 7. Beberapa fakta penting mengenai Sesar Lembang menunjukkan bahwa ancaman ini tidak dapat diremehkan.
Pergeseran Mendatar dan Naik-Turun
Sesar Lembang memiliki pergeseran utama yang bergerak mendatar ke arah kiri. Hal ini menyebabkan gerakan saling berlawanan antara bagian utara dan selatan. Bukti nyata pergeseran ini terlihat pada Sungai Cimeta yang sudah bergeser sejauh 120 hingga 460 meter. Selain itu, di bagian barat sesar, ada perbedaan ketinggian yang mencolok, di mana dari kilometer 0 hingga 6 permukaan relatif datar, kemudian naik hingga sekitar 90 meter sebelum menyusut kembali ke arah timur.
Kecepatan Gerakan Sesar
Gerakan sesar ini bisa dibilang kecil namun berlanjut secara konstan. Pada kilometer 11,5, pengamatan menunjukkan bagian selatan sesar terangkat lebih tinggi daripada sisi utara, yang menjadi bukti bahwa gempa besar pernah terjadi. Ukuran panjang sesar yang mencapai 29 kilometer memungkinkan terjadinya gempa besar yang dapat mengguncang seluruh kawasan Bandung dan sekitarnya.
Potensi Gempa Magnitudo 7
Ada kemungkinan signifikan bahwa jika pergeseran kecil ini terus berlanjut, energi yang terakumulasi dapat dilepaskan dalam bentuk gempa hingga mencapai magnitudo 7. Sejarah mencatat, gempa besar di jalur Sesar Lembang terjadi dalam siklus 170 hingga 670 tahun. Jika mengikuti pola ini, gempa besar berikutnya dapat terjadi paling lambat sekitar tahun 2170, meskipun ini bukanlah ramalan pasti.
Aktivitas di Gunung Batu
Di sekitar Lembang, Gunung Batu menunjukkan adanya aktivitas jelas dari Sesar Lembang. Gunung ini bisa naik hingga 40 sentimeter setelah suatu kejadian gempa, mengkonfirmasi bahwa pergerakan sesar ini sangat nyata dan aktif.
Gempa Kecil di Sekitar Bandung
Belakangan ini, beberapa gempa kecil telah terdeteksi di kawasan Bandung, di sekitar segmen Cimeta dan Sesar Kertasari. Menurut Mudrik, fenomena ini adalah hal wajar dalam sistem sesar aktif; bisa jadi ini merupakan pelepasan energi dalam skala kecil atau bahkan proses yang menjadi cikal bakal gempa besar. Dalam hal ini, umat manusia belum mampu memprediksi dengan pasti, sehingga penting untuk selalu waspada dan mempersiapkan strategi mitigasi bencana.
Memahami dinamika Sesar Lembang adalah langkah penting dalam menghadapi potensi bencana di masa depan. Edukasi dan kesiapsiagaan masyarakat sangat diperlukan untuk mengurangi risiko dan dampak dari gempa yang mungkin terjadi. Sesar Lembang bukan hanya sekadar garis patahan di peta geologi, tetapi merupakan fenomena nyata yang dapat diamati secara langsung. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat Bandung Raya untuk memahami dan mengantisipasi apa yang bisa terjadi berkaitan dengan aktivitas seismik ini.
Source: www.suara.com
